03/04/2020
SEDEKAH PUISI UNTUKMU BANYUWANGI (DALAM RANGKA HARJABA KE-248 TAHUN 2019)
BERSOLEK
Orang-orang meminum
seribu cangkir kopi di Kampung Kemiren
udaranya dingin
menusuk ingatan kekasih
tentang musik jazz
yang dimainkan di Boom
Orang-orang juga menata ulang
puing-puing budaya
melalui rancangan kostum BEC
yang berlenggak-lenggok
di jalanan kota
Setara perayaan
yang mengobati kesedihan
seberapa jauh dan tinggi
burung baja raksasa
yang bersarang di Blimbingsari
terbang mengantarkan para tamu
yang datang dan pergi
Perahu hias melaju
dari kanal Bangorejo
menjemput harapan
penyanyi lagu Banyuwangian
yang terlarut dalam arus globalisasi
Aku tertegun,
orang-orang melarung resah
dengan bitek ke Laut Muncar,
Grajagan, dan Pancer
agar ikan segera melimpah
memenuhi laut yang kalut
sedang Tumpang Pitu termangu
menatap ombak
Tapi jangan khawatir
jaranan butha
akan terus menari
mendampingi seribu gandrung
di panggung modern
O, puisi
menulis senyum Lembah Ijen
semanis coklat Glenmore
selezat pecel pitik
senikmat rujak soto
para bakul berselimut gajah oling
dibatik dengan kecemasan
Merdu angklung
akan tetap terdengar
selama bambu-bambu di Gintangan
terjaga Seblang Olehsari-Bakungan
Kebo Alasmalang-Aliyan
Berdiri di barisan depan
mengusir malapetaka
Orang-orang Kalibaru
masih setia dengan dandangnya
seorang ibu
tak akan pernah kehabisan alasan
untuk menanak nasi tumpeng
yang akan diarak
mengelilingi kampung
Namun aspal yang dilewati ITDB
mengelupas dari jalanan
lahan-lahan kosong
ditanami pohon-pohon beton
Banyuwangi bersolek wajah festival
: esok entah bagaimana
aku tak tahu kelanjutannya
(Muncar, 2019)
HUSSS
Mantra-mantra telah ditebar
di sepanjang jalan
kota yang melahirkan penari
disihir menyingkirkan sepi
: gemerlap kota memuja keramaian
Mantra-mantra telah ditebar
di sepanjang jalan
kota menumbuhkan bunga harapan
yang dulu beringsut dan kusut.
: keindahan kota mendamba tepuk tangan
Mantra-mantra telah ditebar
di sepanjang jalan
Aku masih mengutuki keadaan
kotaku bermetamorfosa untuk siapa
: husss
(Muncar, 2019)
POTONGAN SEPI
Sesekali tengoklah
ke lorong-lorong yang lampunya
masih redup
agar potong sepi tak tumbuh lebat
memenuhi kenangan
yang setia dirawat oleh puisi-puisi
Bukankah kota ini sedang bersolek, An
Jangan kau melewatkannya
karena lorong-lorong itu
yang mengantarkanmu pada keramaian
juga pada gedung cahaya
Bukankah kota ini sedang bersolek, An
Sebagai awal mula
yang dilahirkan dari potongan sepi
jangan biarkan lorong-lorong itu
lampunya tambah meredup
agar kau tetap hidup dalam kenangan
yang selalu ramai
dirawat oleh puisi-puisi
Bukankah kota ini sedang bersolek, An
(Muncar, 2019)
SEUSAI PESTA
Mengemas sisa kemeriahan
kita berjalan pulang
bau parfummu
menyeruak ke luar udara
ditangkap angin
dari segala penjuru
Sesampainya di rumah
kita letakkan
sisa kemeriahan itu
pada buku catatan harian
musik pesta bergetar
di dadamu
lampu-lampu nyala
di kepalaku
sedang malam
memeram kesedihan
di saku baju dan celanaku
(Muncar, 2019)
31/03/2020
PARADOKS KECEMASAN
Tidak semua terbiasa sesepi ini
tetapi ada yang harus aku jaga
selain diri sendiri
setelah harapan dan mimpi mungil
yang belum sempat aku genggam
tertinggal di hari kemarin
Aku cuma bisa mengutuki
bagaimana kesibukan dibungkam
jalan-jalan lengang
orang-orang mengunci diri
ke sebuah ruang sunyi
Keadaan tidak pernah sama
dari waktu ke waktu
akan terus berubah
meski kecemasan selalu datang
tidak untuk saat ini saja
Tuhan pasti tahu
(Muncar, 310320)
30/03/2020
COVID-19
COVID-19
Udara di luar
telah dikepung cemas
kesibukan meninggalkan jalanan
rumah adalah tempat
yang nyaman
untuk menimbun doa-doa
kita jangan tanyakan
pertemuan
: sekarang
Meski sepi kita
seperti bunga kamboja
mengantar doa doa
dalam simpang siur suara
kita jangan tanyakan
pertemuan
: sekarang
sebab udara di luar
masih dikepung cemas
(Muncar, 300320)
25/03/2020
WEDANG JAHE
WEDANG JAHE
kita tahu
di luar rumah
udara menyengat
namun di antara kecemasan
masih ada senyum
yang harus kita jaga
menikmati segelas wedang jahe
sedang kehangatan
sebuah harapan
melepaskan diri
dari kegawatan
tetaplah di sini
di rumah kita sendiri
sepi bukan berarti
segala mati
masih ada senyum
yang harus kita jaga
(Muncar, 250320)
22/03/2020
MUSIM PERTAMA
Foto dari Pinterest
MUSIM PERTAMA
: Nurma Listi
malaikat turun bersama hujan
memperingati musim pertama
kita melewati derita
dan bahagia dengan cemas
sebuah doa adalah bunga-bunga
malam memecahkan sunyi
keniscayaan tak akan surut
hanya saja waktu, saat ini
belum sampai pada yang diharapkan
tentu kesabaran bukan perhitungan
tetapi keyakinan
untuk lebih mengerti dan memahami
sebagaimana yang telah kita sepakati
ketika mengikrar janji
(Muncar, 210320)
Selamat ulang tahun pernikahan kita
20/03/2020
MEMENUHI KAMAR-KAMAR SUNYI
MEMENUHI KAMAR-KAMAR SUNYI
Ketika lampu padam
kesibukan hanya beralih
memenuhi kamar-kamar sunyi
tetapi kita juga masih bisa
mendengar burung-burung itu berkicau
dari balik jendela tua
yang tersesat dalam simpang siur
: siapa yang bertahan
Tak semua akan mampu hidup
pada kesunyian
sebab kesunyian hanya pilihan
sejenak untuk berikhtiar
melawan kepanikan
yang sengaja atau tak sengaja
kita diciptakan
(Muncar, 200320)
06/03/2020
MENUNGGU HUJAN REDA
Gambar Pinterest
MENUNGGU HUJAN REDA
Resahku kau menghimpun puisi
dari butir-butir air hujan
gigil dan ranum wajahmu
menjelma kekuatan yang tak bisa
ditafsirkan oleh siapapun
kecuali doa yang menyertaiku
Keinginan-keinginan hanya kita yang tahu
menunggu hujan
senyum kesetiaan adalah pilihan jalan
jangan takut sunyi
karena keramaian hanya fatamorgana
yang setiap saat bisa pergi
tanpa pamit
(Wringinputih, 060320)
Langganan:
Postingan (Atom)
CATATAN AGUSTUS 2024
ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...
-
ilustrasi dari AI Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi aku dengan koper masuk - keluar di stasiun Rogojampi bayangan berloncatan dari ti...
-
Ke Yogyakarta Aku datang ke Yogyakarta mengendarai google dengan kecepatan 72 Mbps tiba di angkringan sejarah wikipedia aku ...