SEORANG FIQ
Segelas kopi pahit
tentu cara meredam lampu-lampu
di kepalanya
menulis puisi-esai-cerita
aroma bawang putih
yang tak harus menjadi pasar
tak ada yang lebih sabar
kecuali merawat bonsai
ia menyimpan sunyi
dalam jaket hitam
dan buku catatan usang
masa kanak
mengejar layangan
ke hutan doa
bibirnya menghitam
karib dengan asap tembakau
menyimpan teka-teki sunyi
lipatan nasib berkarat
seorang petani
lahir dari rahim sungai
(Muncar, 181120)
Foto Fiq