17/02/2020

MIMPI-MIMPI TANPA IDENTITAS



MIMPI-MIMPI TANPA IDENTITAS

Mimpi-mimpi tanpa identitas
tersesat di hutan mata
purnama yang dinanti mengelupas
dari kalender
Musim semi adalah ilusi
bunga dan daun berkarat di lekuk ketiak
buah jatuh begitu saja
tercampak ke dalam selokan
Apa yang bisa dilakukan malaikat
dengan sepasang sayap patah
kecuali membelebat lukanya sendiri

(Muncar, 170220)

14/02/2020

BERTEMU SECANGKIR KOPI MALAM INI



IA BERTEMU SECANGKIR KOPI MALAM INI

Ia bertemu secangkir kopi
malam ini sambil menghitung
keganjilan hidup
pada doa
dan jejak kesibukan kota
mungkin besok
ia juga mencumbu batu-batu
yang selama tak menjadi matahari

Ia bertemu secangkir kopi
malam ini sambil menghitung
keganjilan hidup
tetapi niscaya
ada sebuah keajaiban
menyusun batu-batu di atas kepala
menjadi rasi bintang
sebab bunga waktunya merekah

(Bondowoso, 140220)

13/02/2020

JALAN JAWA



JALAN JAWA

Tiga belas tahun lalu
tak percaya, mengapa
aku bisa tiba di sini
Seperti pedagang kaki lima
di trotoar jalan
mimpi-mimpi tercecer
belum ada secangkir kopi hitam
atau sebatang rokok
yang ku nyalakan pada suatu malam
Hari-hari hanya serapah
membusa dari mulutku
dan seorang lelaki memanah rembulan
kata-kata runtuh di atap kampus
menjadi puisi menjadi api
Lalu, membakar pertemuan
sampai saat ini

(Jember, 130220)
Gambar Pinterest

08/02/2020

MERAWAT DERITA

Gambar Pinterest


MERAWAT DERITA

La, derita yang kau rawat
tentu tak akan berkhianat
meski terasing dari riuh
yang pernah kau tuang ke secangkir kopi

Di tengah malam
anjing-anjing bernyanyi
menggambarkan rembulan bintang
yang karam dan padam 

Kesetiaan adalah jalan bergelombang
menuju rumah yang dijaga batu-batu
hanya isyarat getar tersampaikan
"jangan berhenti di sini"
meski gelap dan pengap
sebab perjalanan masih jauh"

La, derita yang kau rawat
tentu tak akan berkhianat

(Tapanrejo, 080220) 

30/01/2020

PENDERITAAN

Model E P Albatiruna


PENDERITAAN

Seseorang hanya bisa mengharapkan segelas es teh manis untuk meredakan derita. Bersembunyi di gedung megah. Bersepatu. Berpakaian rapi. Menenteng tas. Atas nama ibadah. Datang pagi. Pulang petang. Setiap hari menelan obat kuat dari harapan yang mengangkasa. Sedang orang-orang di dalam gedung leluasa menari dengan irama sakit jiwa. 

Sepertinya, derita hanya manisfesto sebuah nama. Agar mendapat ucapan terimakasih. Selanjutnya adalah omong kosong. Dalil-dalil agama. Mendoktrin kebaktian. Derita telah dilumrahkan untuk seseorang itu. Menakar sendiri. Bagaimana surga. Bagaimana neraka. Tanpa bertanya, "apakah derita sudah reda?". 

(Damtelu, 300120)

27/01/2020

RETORIKA NASIB


RETORIKA NASIB

Menyimpan keganjilan. Dada adalah bom waktu. Begitu juga kepala. Meledak. Melampaui ruang dan waktu. Antara ada dan tiada. Sebab hidup tak pernah selesai. Denyut demi denyut terbungkus sampah aturan. Dalil-dalil agama tamasya ke sekolah-sekolah. Menawarkan surga. Tak ada yang menolak. Sebuah taman bunga. Bidadari mandi di sungai susu. Pesta anggur dan santapan lezat. Dunia memang selebar celana kolor. Mitos kesuksesan menjelma kepak sayap. Petapa yang tak beranjak dari semadi. O, dada. O, kepala. Retorika nasib. Diamini kebijakan pemegang kekuasaan. Kegagahan dan kecantikan. Beterbangan di ruang-ruang publik. Lalu, untuk apa kesedihan jika yang dipuja hanya kebahagiaan. 

(Muncar, 270120)

26/01/2020

MENONTON GANDRUNG

Model Safrotul Laily


MENONTON GANDRUNG

Tangan yang menggapai
ingin ke langit
Menemui rembulan
dan bintang-bintang sungsang
Bukan pada sepasang bola mata
nanar dan pilu

Gending parau
Sekujur tubuh
dibungkus biru

Seorang lelaki datang
dari lambung zaman
meminum airmata yang meleleh
di wajah perempuan

Ya, kemabukan ini
menyelinap di antara irama, 
gerak, dan kain
yang memerah darah

Seorang perempuan terpancang
luka nestapa
Meneruskan perjalanan
ke hutan, gunung,
sawah, dan lautan

Gending parau
Sekujur tubuh
dibungkus biru

(Glagah, 260120)

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...