18/02/2019

ANJING MENGGONGGONG

Anjing terus menggonggong
menjilati jalanan basah
segelas kopi
tabah menerima gerimis
yang menghapus keromantisan
muasal tawa
dari alif sampai ya'
sebab tuhan belum mau
memperlihatkan tangannya
dalam percintaan yang galib

(Kalasan, 130219)

HUJAN DI PASAR PRAMBANAN

Mungkin lain kali
cinta akan bersepakat
mempertemukan Bandung Bondowoso
dengan Roro Jonggrang
dalam riuh hujan
di pasar Prambanan
yang tak pernah berkhianat
kepada kemarau
yang tak bisa dicatat
oleh jaman

(Prambanan, 130219)

KITA AKAN KE SINI SUATU SAAT NANTI

Kita selesaikan dulu rindu kesumat
setelah itu kita akan ke sini suatu saat nanti

menghitung luka menyusun senyum
sebuah perjalanan yang tak bisa kita duga

(Yogyakarta, 130219)

12/02/2019

SEPERTI LELAH-LELAH YANG TERDAHULU

Seperti lelah-lelah yang terdahulu
pagi ini sesampainya di Kalasan
aku tak lupa mencarimu

Duduk sejenak mengabarkan luka
tergurat di antara tawa
dan senyuman tua

Seperti lelah-lelah yang terdahulu
apakah masih terhitung

(Kalasan, 120219)

MALAM MELAJU

Malam pun terus melaju
dan untuk apa aku berada

menemani mereka

sebab selalu ada risau
seperti angin mendesau

membisiki telinga

Malam pun hanya arak-arakkan
riuh berantakan

kesepakatan

tak pernah bertemu
merangkai rindu

: asu

(Probolinggo, 110219)

KEMBALI

Kembali menuju kotamu
semoga bertemu
buku-buku yang terasing
dari keramaian
juga kaki lima yang masih setia
menawarkan mimpi
secangkir kopi
gigil di jalanan Malioboro

(Perjalanan, 110219)

10/02/2019

TANGGAL

 Angka-angka tanggal
rembulan luntur di atas kota
dipukul sepi ditusuk sunyi
suara tertahan di persimpangan
dahak lengket di jalan makadam
tak terhitung oleh keberangkatan
sebab bayangan setengah telanjang
pulang ke rumah malam
yang tak pernah menyediakan siang
menyisakan pertanyaan-pertanyaan
melintir ke kanan ke kiri
kemana perginya matahari
yang mengawali pagi
embun pun beku di sepasang sayap kelelawar
dibawa terbang entah kemana

(Damtelu, 090219)

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...