26/02/2020
MEJA IRONI
MEJA IRONI
Suguhan tak akan habis di meja ironi
ia menari gembira
bernyanyi bersama lelucon kekuasaan
meminum banjir dan limbah pabrik
mengunyah festival sebagai penawar lapar
yang paling mujarab
Sebagian mulut disumpal rapat
pemerkosaan alam adalah kenikmatan
muncrat pada wajah kemiskinan
jalan penuh tambalan seperti celana kolor
minimarket dan hotel tumbuh
seperti jamur di musim hujan
Ia selalu tersenyum di meja ironi
meminum banjir dan limbah pabrik
sambil mengunyah festival
pendidikan tak berdaya
sekarat menghadapi siluman kapitalis
yang bergentayangan di gedung sekolah
Dan orang-orang memunguti butir airmata
memasak kesedihan
kemudian meletakkannya ke lubang dada
tetapi ia selalu tersenyum
tak ingin kehabisan suguhan
(Muncar, 260220)
22/02/2020
AKU INGIN DATANG MALAM ITU
AKU INGIN DATANG MALAM ITU
Daun-daun trembesi berjatuhan
di jalanan basah setelah hujan
bisikan mampir ke telinga
"tak usah kemana-mana
nyeri di tubuhmu belum sembuh"
Aku ingin datang malam itu
malam yang penuh cahaya
menyingkirkan sunyi dan gelap
merayap di atas atap yang miring
orang-orang bernyanyi
tak peduli yang belukar harus dibakar
Hujan kembali menari
bayangan melompat dari sungai
menemui sunyi yang karib
dan setia merawatku melahirkan puisi
yang ditelantarkan keramaian
(Tapanrejo, 220220)
20/02/2020
MENJELANG MUSIM SEBUAH PESTA
MENJELANG MUSIM SEBUAH PESTA
Bising lagu
akan akrab terdengar
dari balik gambar besar
di pinggir jalan
memaksa masuk
ke telinga
berdesakan
mendapatkan jalan
menuju kursi musim
sebuah pesta
Adapun aku
akan menonton saja
gambar besar
di pinggir jalan
badut-badut bernyanyi
memoles wajah
dan pakaian
memotret diri
menghibur kesedihan
di dalam kesedihan
(Muncar, 200220)
19/02/2020
PURNAMA MENUA
PURNAMA MENUA
Purnama telah menua
kau belum mengemas angka-angka
ke dalam saku kemeja
seperti janji yang dulu
tak usah merengek
dan terima saja jika angka-angka
berloncatan ke luar kepala
barangkali hujan bisa menyelamatkan
angka-angka jadi kuyub
kau tangkap lalu kau kemas
ke dalam saku kemeja
membawanya pulang
ke rumah yang menunggumu datang
(Tapanrejo, 190220)
PRAHARA
PRAHARA
Mereka sangat piawai duduk
di perjamuan surga
menghisap cerutu
menikmati segelas anggur
makan malam dengan daging manusia
sedang kami hanya mewarisi
bukit yang digali terus digali
hingga menembus neraka
Mereka bercanda dengan nasib
kami menerima bencana
sebagai luka derita
mulut dibungkam dan nyawa kami
seharga nasi bungkus lima ribuan
lampu-lampu menyala di atas kepala mereka
kami terkapar tanpa suara
(Muncar, 190220)
17/02/2020
MIMPI-MIMPI TANPA IDENTITAS
MIMPI-MIMPI TANPA IDENTITAS
Mimpi-mimpi tanpa identitas
tersesat di hutan mata
purnama yang dinanti mengelupas
dari kalender
Musim semi adalah ilusi
bunga dan daun berkarat di lekuk ketiak
buah jatuh begitu saja
tercampak ke dalam selokan
Apa yang bisa dilakukan malaikat
dengan sepasang sayap patah
kecuali membelebat lukanya sendiri
(Muncar, 170220)
14/02/2020
BERTEMU SECANGKIR KOPI MALAM INI
IA BERTEMU SECANGKIR KOPI MALAM INI
Ia bertemu secangkir kopi
malam ini sambil menghitung
keganjilan hidup
pada doa
dan jejak kesibukan kota
mungkin besok
ia juga mencumbu batu-batu
yang selama tak menjadi matahari
Ia bertemu secangkir kopi
malam ini sambil menghitung
keganjilan hidup
tetapi niscaya
ada sebuah keajaiban
menyusun batu-batu di atas kepala
menjadi rasi bintang
sebab bunga waktunya merekah
(Bondowoso, 140220)
Langganan:
Postingan (Atom)
CATATAN AGUSTUS 2024
ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...
-
ilustrasi dari AI Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi aku dengan koper masuk - keluar di stasiun Rogojampi bayangan berloncatan dari ti...
-
Ke Yogyakarta Aku datang ke Yogyakarta mengendarai google dengan kecepatan 72 Mbps tiba di angkringan sejarah wikipedia aku ...