25/11/2024

PESAN GURU KEPADA GURU

ilustrasi AI

 

Pesan Guru Kepada Muridnya

 
Kurikulum adalah teka-teki silang tanpa petunjuk, menyisakan kelas dengan kursi yang pincang dan orkestra kipas angin yang sumbang. Adalah saksi bisu mimpi-mimpi yang sering kali tersangkut di langit-langit yang bocor. Buku-buku pelajaran berdebu menggigil di pojok perpustakaan. Aku melihat papan tulis menayangkan mimpi-mimpi lama yang tak pernah selesai diperbarui. Di luar jendela, sinyal internet berkelahi dengan pohon beringin dan mangga; mereka tak tahu, di kelas itu proyektor hanya sebuah sesak nafas.
 
Anak-anakku, aku melihat layar 6 inch menyedot waktu seperti lubang hitam. TikTok, Instagram, Mobile Legend---mereka mengganti tugas membaca puisi dengan jogged pargoy, mengganti diskusi dengan komentar pendek yang berakhir dalam diam. Aku takut pada dunia yang mengukur manusia dari skincare dan make up tebal di wajah, dari kopi yang diminum di kafe mahal bersama pacar, dari peringkat di papan skor game online.
 
Aku mencoba mengajari pentingnya membaca, tapi algoritma lebih menarik perhatian daripada kalimat-kalimat Hemingway atau Chairil Anwar. Aku hanya bisa berdiri di antara gelak tawa dan foto selfie, bertanya-tanya apakah kalian tahu apa arti sebenarnya dari kebahagiaan.
 
Ada beban yang tak terlihat di pundak kami, gunung-gunung yang harus kami pikul setiap kali menuntut dokumen. Kami menyusun laporan lebih sibuk dengan angka-angka daripada wajah-wajah di depan kami. Tapi kata mereka, ikhlaslah, ini ibadah. Pengabdian harus tanpa tanda jasa.
 
Ada orang tua seperti hantu di rapat sekolah meninggalkan jejak tanda tangan di daftar kehadiran. Kalian menjadi perahu tanpa dayung, melawan arus tanpa arahan. Aku bertanya-tanya, “Siapa yang benar-benar menjadi gurumu? Dunia maya yang luas, atau aku yang terbatas di ruang kelas itu?
 
Di tengah segala ini, kami berjalan di garis antara intimidasi dan kriminalisasi dari oknum yang mengatasnamakan demi anak bangsa. Pendidikan yang harusnya membebaskan, malah membelenggu ruang gerak kami.
 
Aku tak ingin kalian mengingatku hanya sebagai guru yang berdiri di depan kelas, mengulang pelajaran yang sama dari tahun ke tahun. Aku ingin kalian mengenangku sebagai suara yang mengajarkan bagaimana bermimpi, bagaimana mencintai, bagaimana bangkit meski dunia ini kadang tak adil.
 
Anak-anakku kelulusan itu bukan akhir. Dan ketika kalian melangkah pergi, jangan lupakan mereka yang pernah berdiri di belakang, menahan pintu agar kalian bisa melangkah keluar.


Muncar, 2024



Upacara Bendera di Hari Senin


Tiang bendera terdiam. Bau seragam senin pagi. Anak-anak berkumpul membentuk barisan. Tubuh-tubuh menunggu perintah.

(siap gerak) – (hormat gerak)

Bendera naik perlahan. Seperti seekor burung yang mencari arah. Tangan-tangan di dahi. Mata mereka berkeliaran. Kerutan sepatu hitam. Ikat pinggang berwarna hitam. Kaos kaki berwarna hitam. Terbungkus bayangan kelas-kelas dan rumput lapangan yang memantulkan matahari.

Lagu Indonesia Raya merambat ke langit. Ke dinding kelas yang retak. Menempel di pohon tua yang menahan ingatan masa lalu. Kaki-kaki hilang dari kalender. Meski mereka ingin duduk dan berbicara:

kami haus, matahari pagi ini terlalu barbar 

Pidato kepala sekolah adalah dengungan mesin yang patah. Soal angka dan kewajiban. Di depan kelas itu. Pohon tua menyaksikan petugas yang lupa teks upacara.

Senin selalu begini. Selalu begitu. Mulut adalah spanduk tersangkut pagar. Telinga berbaris tanpa kepala. Anak-anak juga belajar. Menjadi hari-hari selain upacara.

Bendera berkibar di puncak tiang. Siapa yang mendengar. Suara-suara tidak tersampaikan. Mimpi terburu-buru berlari. Hari senin pagi pulang ke kelas.


Muncar, 2024


Anjir, Aku Terlambat!


Selamat pagi
kemana pukul 06.30
aku masih menggosok gigi kesiangan
gerbang tersisa 15 menit lagi

Menatap cermin. Bayangan lupa mengikat tali sepatu. Motor menyeret wajah dengan tergesa-gesa. Lampu merah lebih panjang dari lampu hijau. Aku tidak peduli lampu kuning. Tapi “waktu adalah uang”. Quotes instagram macet di perempatan jalan. Suara klakson berdesakan kehadiranku. Belok kiri jalan terus.  

Anjir, minggir woy!

Selamat pagi
kemana pukul 07.00
aku masih membeli kopi sachet di warung madura
gerbang tersisa di sebelah barat

Kalau boleh, aku pinjam waktu. Sepatu ketinggalan napas. Aku menggosok gigi kesiangan. Kantor bukan sekadar tanya dan jawaban. Pagi ini. Pagi yang sebelum dan sesudah. Realitas secangkir kopi. Pukul 07.15 menyambut kehadiranku.

Anjir, aku terlambat lagi!


Muncar, 2024



Kami Tidak Bisa Menulis Puisi


Kami tidak bisa menulis puisi. Kalimat-kalimat tidak dimulai - selesai. Mesin-mesin lebih cepat dari mulut kami. Kami sibuk mengumpulkan malam dari layar ponsel. Tangan kami terjepit notifikasi dan iklan:

                angka
                suara pecah
                air mata basi

Ponsel mendidih di kantong kami. Sejak ribuan hari yang lalu. Lidah bahasa berjatuhan di pasar malam. Kami lupa cara membaca bayangan dalam cup minuman kekinian. Cafe terus tumbuh menjadi kepala insomnia.

Kami tidak bisa menulis puisi. Bagaimana kode-kode hampa menyusun metafora.  Puisi melompat dari cahaya bulan. Bahasa yang pernah kami hisap adalah asap vape.

                kata-kata merangkak
                di swalayan dengan harga promo
                deretan komoditas 
                hitungan per suku kata 
                dari jumlah suka dan komentar  

Kamus bahasa terbakar tanpa kipas angin. Kata-kata terkelupas dari sampul buku. Kami tidak bisa menulis puisi. Kemana ada bolpoin. Jari-jari kami membeku di atas keyboard. Menjahit mimpi yang putus sejak digital pertama.

kami tidak bisa menulis puisi
kesunyian tidak mengenal malam
kami mendengar algoritma
menghitung - sampai selamanya


Muncar, 2024



Workshop Kurikulum Merdeka


BUANG PAPAN TULIS!
BUANG PAPAN TULIS!

Boardmarker kehabisan tinta
presentasi masih memesan proyektor
siapa yang merdeka?
buku panduan tersedak di lembar ketiga
--- judul: revisi inovasi dan kekosongan
literasi adalah menghapus memori sebelum istirahat kedua

guru menyusun pelajaran
dari serpihan powerpoint
peserta didik melarikan diri
dari CP dan ATP yang tak bisa di-klik

assessment! Assessment!

(mereka bilang, ini soal angka)
catatan hilang dari logika google classroom

merdeka dari siapa, merdeka ke mana?
slide yang tak kunjung tiba
presentasi masih memesan proyektor
tiket evaluasi: siapa yang tersisa di sini?
apakah kamu sudah belajar soal kecerdasan buatan?

refleksi tercecer di lantai
peserta didik belajar dari tagar
kitabelajarpadajaringan (dan) sinyalyangmati


Muncar, 2024





03/09/2024

CATATAN AGUSTUS 2024

 

ilustrasi AI


REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN

untuk Nadira Andalibtha

 

Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yang menyeduh segelas kopi. Duduk dengan kursi. Orang-orang juga ikut bicara. Suara tertangkap senja. Seorang bayi telah tumbuh di garis piatu. Memutar ingatannya dalam film remaja.

 

algoritma

rindu

adalah

memulangkan

kepergian

yang

tak

bisa

diterjemahkan

dengan

kacamata

dan

ponsel

 

Seorang bayi mendownload kalender. Mengulang kelahiran. Angka-angka berjatuhan dua puluh dua tahun. Sekumpulan puisi sedang asyik menghimpun bahasa. Orang-orang juga ikut bicara. Ini bukan pengadilan. Perjalanan bahasa masih harus ditempuh lagi.

 

 

Muncar, 2024

 


ES KRIM COKELAT

 

ayah

mama

kakak mau beli

es krim cokelat

hmmm, enak

adik juga mau beli

es krim cokelat

itu jerapah melompat

dari atas TV

awas hantu

mata biru

di sana

aku takut

kakak dan adik

gak mau dijiwit

mama nakal

lihat HP terus

ayah kok minum kopi

kakak dan adik

gak boleh minta

pesawat belum lewat

kakak dan adik

maem bubur

es krim cokelatnya habis

beli lagi, yah

beli lagi, ma

kakak dan adik

minta uang

kakak dan adik

gak nakal

 

Muncar, 2024

 

 

 

LEKUK TUBUH AGUSTUS

 

Agustus bergetar menggoyangkan lekuk tubuhnya. Merayakan laki-laki dan perempuan. Tua dan muda. Kita adalah ledakan suara ribuan watt. Kita adalah gelombang bass dan treble. Menampar dinding-dinding rumah. Menembus ke pori-pori jendela yang basah oleh keringat.

 

Sorot lampu disko dengan kecepatan mejikuhibiniu. Bayang-bayang manusia tertawa. Sebuah parade truk. Pargoy merayap dalam tubuh. Agustus, kita menari di kepalaku. Menyusun langkah yang melarikan diri ke jalanan. Malam memecah sepi di antara tiang bendera dan kabel listrik.

 

Agustus, kita menari di kepalaku. Lalu lintas yang macet. Pargoy merayap dalam tubuh sepanjang malam. Dan ledakan suara ribuan watt tak pernah selesai bercerita. Apakah kemerdekaan sudah merdeka?

 

Muncar, 2024

 

31/03/2024

CUACA SIDOARJO

 

ilustrasi dari AI


Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi

 
aku dengan koper
masuk - keluar di stasiun Rogojampi 
bayangan berloncatan dari tiket kereta
ke Sidoarjo 
        : menghitung keberangkatan
dan kepulangan
sejak pagi dan kembali pagi
sebelum malam tiba
aku menjumpai diriku
menjadi kursi, jendela kaca, ac,
koper-koper, gadget yang nyala, 
dan orang-orang ngobrol
di dalam gerbong
 
bagaimana cara mengetik
atau mengetuk puisi di gadget? 
 
jika suara kereta terus menjerit 
suara-suara kolonial
yang terus hidup di sepanjang rangkaian rel
dari stasiun ke stasiun 
sedangkan mitos masa depan
bersembunyi di dalam topiku
        : menghitung kemungkinan
dari kemungkinan
yang tidak mungkin 
 
bolehkah aku ngopi dan ngudut
sambil manggut-manggut
mendengarkan lagu dangdut? 
 

Banyuwangi - Sidoarjo, 24 Maret 2024


Selamat Siang Sidoarjo

 
Cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
biarkan saja matahari
di atas kepala
dan kereta selalu berhenti
di stasiun 
 
apakah ada hotel yang menyediakan aku? 
 
aku tiba di stasiun 
sebelum ke hotel 
temanku memesan ojek online 
yang akan menerjemahkan 
jarak stasiun ke hotel
berputar-putar
di bawah flyover polusi udara
hari Minggu yang tetap merayap 
intervensi silsilah Porong
dan buruh pabrik
 
aku tiba di hotel
cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
 
apakah hotel juga menyediakan lumpur lapindo? 
 
 
Sidoarjo, 24 Maret 2024


Orientasi Aku Tentang Aku


Panggilan aku tentang aku
jatuh ke seorang aku
aku dulu pernah bicara kepada aku
suatu saat akan ada sinar bukan cahaya
menghampiri aku yang aku
mesti tidak tepat waktu
adalah pada waktu yang tepat
 
tunggu dan jangan menyerah
aku tidak akan meninggalkan aku

 
sebelum aku
aku setelah aku 
aku sekarang aku
aku besok aku
aku lusa aku
aku dan seterusnya aku
 
adalah mendefinisikan aku
bukan pasar malam yang terus begadang
bukan hujan malam-malam yang tidak lapar
bukan wifi yang memanjat dinding 
bukan kamar 8828 yang memesan cuaca
bukan ac yang tidak merokok 
bukan kran air yang tidak mengalir
bukan cangkir yang tidak ngopi 
 
jadi dapat disimpulkan
jangan melihat aku sekarang
bahwa aku tidak bisa duduk di closset duduk

 

Sidoarjo, 25 Maret 2024


Kemana Kopi Kapal Api di Hotel


Setelah tiba di hotel bukan di bandara.
        Setelah menulis dan mengumpulkan biodata bukan puisi.
Setelah kunci kamar diambil temanku bukan tetanggaku.
        Setelah masuk ke kamar bukan ke minimarket.
Setelah mandi bukan menyapu lantai.
        Setelah ganti pakaian bukan telanjang.
Setelah berkumpul di ballroom bukan di warung kopi.
        Setelah berbuka puasa bukan ngopi.
Setelah kenyang bukan lapar.
        Setelah menghisap rokok bukan asap pabrik dan kendaraan.
Setelah kembali lagi ke kamar bukan ke lobby hotel.
        Setelah malam tambah malam bukan tambah pagi.
Setelah makan bakso kikil bukan nasi pecel.
        Setelah ngobrol dengan teman bukan satpam hotel.
Setelah menghisap rokok lagi bukan asap pabrik dan kendaraan lagi.
        Setelah tidur bukan bangun.
Setelah bangun bukan tidur.
        Setelah tidak sahur bukan tidak makan. 
 
water heater, kemana kopi kapal api di hotel? 
 

Sidoarjo, 25 Maret 2024 


Menjahit dalam Kontrak Kerja di Hotel


Silakan duduk
tapi duduk tidak menyediakan kopi
menahan kantuk
dan kurang tidur tambah tidur

silakan makan
tapi makan tidak menyediakan rokok
tapi silakan meminum puisi
dan kata-kata mondar-mandir
naik turun lift
naik turun tangga

silakan mandi
tapi mandi tidak menyediakan gayung
tidak ada bak mandi
silakan membayangkan sabun
dan cermin menjahit baju dinas
dalam kontrak kerja

jika kontrak kerja masih berlanjut
hubungi teller bank terdekat


Sidoarjo, 26 Maret 2024


Puisi Sebelum dan Setelah


mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau

ketika orang-orang berlari 
aku masih merangkak
dari tujuh musim memasak nasib di kampus
puisi-puisi terlipat dalam selembar kertas
jauh di bawah cumlaude

mereka selalu melihatku
dari bayangan orang-orang berlari
aku terus merangkak
dengan puisi-puisi yang berkarat

ketika orang-orang berlari
aku masih berjalan
ketika orang-orang berlari
aku juga berlari
ketika orang-orang berlari
aku juga masih berlari
mereka hanya melihatku ketika berlari

ketika orang-orang berlari
siapa yang bisa menafsir puisi
apakah orang-orang masih berlari
menjadi apa
apa menjadi
kita tidak pernah tahu
puisi punya nasib masing-masing

ketika aku dan orang-orang berlari
mereka masih melihatku
dari bayangan orang-orang
yang selalu berlari itu

mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau

puisi sebelum dan setelah


Sidoarjo-Banyuwangi, 27-28 Maret 2024

 



07/03/2024

PREPOSISI


ilustrasi AI

Insomnia Dua Bola Mata

 

                seorang lelaki

                seorang perempuan

                telah berhasil

                mengumpulkan kita

                sebelum azan subuh

                untuk mempersiapkan

                pertanyaan - jawaban

                yang terlalu tergesa-gesa

                dan dipaksakan

 

setelah azan subuh

kepalaku masih dua bola mata

mondar-mandir di depan laptop

menggerayangi bayangan kurikulum merdeka

yang berserakan di halaman microsoft word

 

segelas kopi sudah dingin

dan tiga batang rokok

tidur di ruang depan

 

kali ini aku tidak memutar kipas angin

atau di rumahku tidak ada ac 

seperti kata istriku

hari-hari selalu dikejar program

percepatan digitalisasi

kenaikan gaji 8%

dengan makan siang gratis

simulasi hasil pemilu

pada platform merdeka mengajar

 

                tumpukan berkas bullying

                ramai di pasar pemberitaan

                murid kencing berlari

                guru terkencing-kencing

                dan dikencingi

                sekolah tempat kampanye

                memasak telur mata sapi

                melirik ke kanan

                melirik ke kiri

 

halo, apakah petani sudah cuci muka

dan gosok gigi

sebelum mengantre beras bansos?

jangan protes, petani adalah pemuisi

yang membacakan pupuk subsidi

di sawah-sawah gagal panen

 

harga sembako selalu melonjak

ke langit tanpa langit-langit

menjemput bulan puasa

sebuah endemi tahunan

yang tidak bisa dihindari

halo, bagaimana kabar THR?

aku bosan membayangkan

wajahnya yang menguap

di lubang jalan musim hujan

 

                ayo kita masukkan

                butir-butir hantu

                ke dalam aplikasi analisis

                yang semrawut

                kemungkinan diterima

                kemungkinan ditolak

                pidato seorang lelaki

                pidato seorang perempuan

                memegang mikrofon

 

setelah azan subuh

kepalaku masih dua bola mata

yang beranjak dari laptop

menghabisi segelas kopi dingin

kemudian menyusul istri

dan kedua anakku

menyelesaikan mimpi

maaf aku lupa download

 

Muncar, 7 Maret 2024


 

02/12/2023

PUISI KE YOGYAKARTA

 


Ke Yogyakarta

 

Aku datang ke Yogyakarta

mengendarai google

dengan kecepatan 72 Mbps

tiba di angkringan sejarah wikipedia

aku memesan teh tubruk

dan tempe bacem kesukaan nenekku

kemudian, aku melanjutkan perjalanan

melalui kanal youtube

mencari alamat leluhur

yang konon melahirkan kakekku

o, aku datang ke Yogyakarta

tanpa menemukan siapapun

kecuali darah keturunan dari bapakku

 

Muncar, 2023


Daerah Insomia Yogyakarta

 

Puisi saling berjejal

di sebuah persimpangan gaya bahasa

antara realitas dan harapan seorang penyair

yang tak pernah tidur

meski hujan terus menikam

dalam segelas wedang jahe

 

Seorang penyair menjajakan diksi

kepada cafe dan mall

dengan kepala yang sibuk

dan khusyuk

tetapi para pelancong

bebas keluar-masuk

menonton nasib dari layar ponsel

 

Muncar, 2023

 


28/11/2023

SEORANG GURU (PUISI HARI GURU NASIONAL 2023)

 



Reposisi Ibu-Guru di 5.0

 

Ibu-guru masuk ke kebun-kebun

dalam kebun yang tak terbatas

(anak-anak gigil mengendarai ponsel

pada lalu lintas hujan informasi)

mesin-mesin kasih sayang

berdengung di mata

ibu-guru berselancar

klik download

ayam goreng, seragam sekolah

retribusi paketan data tiap bulan

ayat-ayat AI refrensi instan

membaca mata pelajaran

juga ibu-guru yang kesepian

memasak lubang di kepala

copy paste otak

rumah adalah rahim dan itik

yang terseger ke lautan digital

 

Muncar, 2023



Laboratorium Sarji


Seorang Sarji

berdiri di sudut laboratorium

merangkai momentum

sinus, cosinus, tangen

tiga puluh lima tahun

dari pecahan elektron dan neutron

sebuah inti atom pengabdian

gerak relativitas pendidikan

percepatan kecepatan

menuntun ruang waktu

langkah anak-anak

pada sumbu x dan y

menggambar besaran vektor mimpi

relativitas harapan-tujuan

hidup adalah gelombang elektromagnetik

nasib dan takdir reruntuhan gravitasi

membangun galaksi

mekanika logika pikir

seseorang yang waras

menganggap dirinya gila

lanskap optika masa depan

dari terhingga ke tak terhingga

algoritma terpecahkan

mengumpulkan kopor

mengemasi kalkulus

di tubuhnya yang purna

 

Muncar, 2023



Masih di Kelas yang Sama
: XI IPS 3

 

Anak-anak masuk ke kelas

dari rahim tutor pedagogis

membikin jarak dari saudaranya

sebab kelas menjadi tempat pementasan

naskah drama dan monolog sosiologi

sila cairkan identitas ini

ke jendela tanpa kaca

bintang-bintang masih tersesat

di laci bangku

ayah dan ibu menitipkan keringat

dengan kemarau

yang selalu mimpi di tidur pagi

            siapa yang bertanggungjawab

            atas sejarah telenovela?

riwayat yang tak terurai oleh geografi

atau tata keuangan dalam buku ekonomi

anak-anak masuk ke wc

dari permainan ponsel

dan ini bukan sekadar lagu viral

yang ambyar

atau tutorial joged versi tiktok

sebatang lampu redup

menu sarapan

yang selalu dihidangkan

datang terlambat

ke kelas tanpa kipas angin

 

Muncar, 2023

 


ENAM TAHUN ISTRIKU

ilustrasi dari AI Hujan Melelapkan Insomnia  hujan melelapkan insomnia di dalam plastik bekas mainan guling kanak-kanakmu menyimpan jejak ba...