30/01/2020

PENDERITAAN

Model E P Albatiruna


PENDERITAAN

Seseorang hanya bisa mengharapkan segelas es teh manis untuk meredakan derita. Bersembunyi di gedung megah. Bersepatu. Berpakaian rapi. Menenteng tas. Atas nama ibadah. Datang pagi. Pulang petang. Setiap hari menelan obat kuat dari harapan yang mengangkasa. Sedang orang-orang di dalam gedung leluasa menari dengan irama sakit jiwa. 

Sepertinya, derita hanya manisfesto sebuah nama. Agar mendapat ucapan terimakasih. Selanjutnya adalah omong kosong. Dalil-dalil agama. Mendoktrin kebaktian. Derita telah dilumrahkan untuk seseorang itu. Menakar sendiri. Bagaimana surga. Bagaimana neraka. Tanpa bertanya, "apakah derita sudah reda?". 

(Damtelu, 300120)

27/01/2020

RETORIKA NASIB


RETORIKA NASIB

Menyimpan keganjilan. Dada adalah bom waktu. Begitu juga kepala. Meledak. Melampaui ruang dan waktu. Antara ada dan tiada. Sebab hidup tak pernah selesai. Denyut demi denyut terbungkus sampah aturan. Dalil-dalil agama tamasya ke sekolah-sekolah. Menawarkan surga. Tak ada yang menolak. Sebuah taman bunga. Bidadari mandi di sungai susu. Pesta anggur dan santapan lezat. Dunia memang selebar celana kolor. Mitos kesuksesan menjelma kepak sayap. Petapa yang tak beranjak dari semadi. O, dada. O, kepala. Retorika nasib. Diamini kebijakan pemegang kekuasaan. Kegagahan dan kecantikan. Beterbangan di ruang-ruang publik. Lalu, untuk apa kesedihan jika yang dipuja hanya kebahagiaan. 

(Muncar, 270120)

26/01/2020

MENONTON GANDRUNG

Model Safrotul Laily


MENONTON GANDRUNG

Tangan yang menggapai
ingin ke langit
Menemui rembulan
dan bintang-bintang sungsang
Bukan pada sepasang bola mata
nanar dan pilu

Gending parau
Sekujur tubuh
dibungkus biru

Seorang lelaki datang
dari lambung zaman
meminum airmata yang meleleh
di wajah perempuan

Ya, kemabukan ini
menyelinap di antara irama, 
gerak, dan kain
yang memerah darah

Seorang perempuan terpancang
luka nestapa
Meneruskan perjalanan
ke hutan, gunung,
sawah, dan lautan

Gending parau
Sekujur tubuh
dibungkus biru

(Glagah, 260120)

24/01/2020

KELUAR DI DALAM

Foto E. P. Albatiruna

KELUAR DI DALAM

Di dalam ada yang keluar
: kental
Derita adalah komposisi desah
Saling menjilat
pada segala posisi
Meski wajah disembunyikan
di balik pantat
Hubungan terpelihara nyaman
Tak ada yang bisa mengganggu
ketika lubang surga tergenggam
Di dalam ada yang keluar
yang keluar ada di dalam
: oh, nikmat

(Muncar, 240120)

23/01/2020

MEGATRUH


MEGATRUH

Tentang gudang tua
Mimpi-mimpi yang tak dibaca
Sepotong kepala
diasuh oleh luka
Senja sibuk memamerkan warna

Memotret diri
Berkaca di telaga

Ranum keindahan
ditindih bayang-bayang hitam
Sepotong kepala
tak menemukan tubuh
Jiwa berkelindan
Mimpi-mimpi yang tak dibaca

Tergeletak
Ditelantarkan

(Muncar, 230120)

21/01/2020

RUTINITAS


RUTINITAS

Lampu nyala. Ketika waktu menunjuk remang. Tak bisa menawar. Hujan menari melintasi kabel-kabel yang semrawut. Tak bisa menghindar. Lampu tetap nyala. Dingin. Basah. Begitu. Waktu kembali menunjuk remang. Lampu nyala. Tua. Dan berkarat. Lampu nyala hanya pengulangan. Ketika waktu menunjuk remang. Tak ada yang didapat kecuali lelah. Terasing dari gemerlap. Jalanan adalah rumah yang menangkap nyala. 

(Muncar, 210120)

19/01/2020

KITA ADALAH DOA-DOA KESABARAN

Kita adalah doa-doa kesabaran

Kau menunggu
Akupun menunggu

Tangis yang membelah
tengah malam
Belum sempat kita dengar

Beberapa waktu
hanya persinggahan sejenak

Kau menunggu
Akupun menunggu

dan kepercayaan akan tiba
pada waktu yang tepat

Kita adalah doa-doa kesabaran
yang sedang berjalan
menerima tangis itu

(Muncar, 190120)

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...