11/04/2020

JENDELA TUA


Jendela Tua


Menjelang sore. Aku mengintip dari kaca jendela tua. Bayangan anak-anak seperti diriku. Menimbun kenangan. Sepotong es krim meleleh bersama hujan. Tak ada payung. Tak ada yang menari.

Butir-butir hujan berkelindan. Halaman basah. Rumput-rumput liar membuka dada. Menerima dingin.

Aku mengintip dari kaca jendela tua. Tak ada pohon jambu air. Tetapi suara nenek masih terdengar. Menanam keniscayaan di belakang rumah. Bayangan anak-anak seperti kakakku. Membeli krupuk untuk lauk makan malam.

Waktu semakin berkarat. Angin tak lagi menerbangkan layang-layang. Capung bersarang di mata ibu yang kecoklatan. Bapak menyanyikan batuk dari dahi yang mengeriput.


(Kedunggebang, 110420)

09/04/2020

RHYME IN PEACE GLENN

Foto dari Google

Rhyme in Peace Glenn


Bilamana waktu tiba kau hanya ada untuknya. Abadi, tetaplah mewangi (memori). Semuanya kembali ke masa depan. 

Tak mungkin kau menepis bayangan. Bila memang semua datangnya begitu. Kini harus kau lewati. Sepi harimu tanpa siapapun. 

Selamat jalan. Kasihmu sampai di sini. Melodi rintihan hati yang berakhir di April.


(Muncar, 090420)
* judul lagu Bondan & Fade 2 Black
* gubahan penggalan lirik lagu Glenn Fredly

AFORISME



Aforisme

Aku tak harus bicara mendetail. Kita sedang bercinta. Dengan segala percikan. Senja pualam pada pelukan.

Di mataku muara jawaban dari pertanyaan.

Jika hantu-hantu masih berkunjung. Mengoyak kamar. Tak usah takut. Percayalah, ketakutan hanya akan melemahkan kita.

Sekali lagi, aku tak harus bicara mendetail. Kita sedang bercinta.

Maka di mataku muara jawaban dari pertanyaan

(Muncar, 090420)

08/04/2020

KESUNYIAN DI RAMBUTNYA YANG UNGU



KESUNYIAN DI RAMBUTNYA YANG UNGU

Ia telah merawat kesunyian di rambutnya yang ungu. Apalah lampu-lampu itu. Ia tak silau.

Dan riwayat puisi-puisi. Bahasa mata yang menyimpan naga.

: aku mabuk sendiri.

Ia tetap berjalan pada musim hujan. Juga kemarau. Entah, berapa helai rambutnya yang rontok.

Ia masih merawat kesunyian. Rumpang dadanya bukan sepotong apel.

(Muncar, 080420)

04/04/2020

KETAKUTAN

Poto dari Pinterest

KETAKUTAN

Tak ada lagi kecuali ketakutan. Bayangan membawa pedang. Menyerupai siapa saja. Seakan mengintai. Langkah yang panik dan curiga. Ketika keluar rumah.

Pikiran digiring, membebek pada kebenaran yang rancu. 

Bayangan membawa pedang. Menyerupai siapa saja. Seakan mengejar. Membunuh. Langkah yang panik dan curiga. Ketika keluar rumah.

Ketakutan diciptakan untuk menguasai kemanusiaan.

(Muncar, 040420)

DUDUKLAH

Poto dari Pinterest


DUDUKLAH

Duduklah, kita tunggu
memang purnama belum tampak
tetapi malam tak sedingin
dan segelap yang kau kira

Pada waktunya purnama itu
akan lahir dari rahim doa
melengkapi musim berikutnya

Aku pun sepertimu
meski kata-kata jarang terucap

Kita belum apa-apa
tak perlu menghitung kesabaran
semusim percintaan

Duduklah, kita tunggu
dengan rasa rindu
meneguk secangkir cinta
bersama-sama

(Muncar, 040420)

03/04/2020

ANTOLOGI PUISI SASTRA TIMUR JAWA "RISALAH TUBUH DI LADANG KEMARAU" TAHUN 2019




BLAMBANGAN

Aku masih mencium
aroma keganjilan
Bunga-bunga kelapa dan tebu
beterbangan di jalan

Aku juga memunguti reruntuhan
tembok dan bukit
berserakan di persawahan

Damarwulan meretas purnama
Wahita - Puyengan menangkap cahaya
asmara tumbuh bersimbah luka

Jejak pengkhianatan mereka
lebam dan Wungu
menilas di sekujur tubuh

dan celakalah Menak Jingga
jiwanya menggigil
tubuhnya menyulam sepi
kepalanya terpenggal
oleh Gada Wesi Kuning

Anyir darah muncrat
meluap ke Kali Wagud
Mengejakal sebagai cerita
yang diyakini keberadaannya
: Blambangan menyempit
menjadi sebuah desa

(Muncar, 2019)
*Blambangan, nama desa di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi

KEDUNGGEBANG

Berenang ke alir Setail
yang tiga kali
berpindah muara
aku temui diriku bermukim di situ
Di sebuah palung
wajah moyang sulit dikenali
aku tetap bersitahan
menghirup udara di rimbunan
pohon gebang

Hutan-hutan
tak menyisakan jejak
Semak Tanggulasri
terlantar dari catatan sejarah
Sawah-sawah dikeruk menjadi ceruk
lalu diolah menjadi pecah genting
yang berserakan pada halaman rumah
juga padi yang menguning meninggalkannya
maka tumbuhlah jeruk dan buah naga

Aku tak diwarisi apa-apa
kecuali puisi-puisi
yang ku tanak di dalam panci mimpi
menjadi keramaian,
palung sumur, dan tiga bendungan kecil
yang melintas pada suatu dusun

O, namun mangrove-mangrove
di timur desa
tempat burung-burung berkasih teduh
dan ikan-ikan bertelur
luput ku peluk
sebagai harapan masa depan
bagi anak cucu kami

(Muncar, 2019)
*Kedunggebang, nama desa di Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.
** Pohon Gebang, tanaman sejenis palem.

LOPAMPANG

Laut resah
menggembalakan ikan-ikan
di relung paling dalam
Sejak tembok
yang mengelilingi kota
diruntuhkan
oleh serdadu bermata biru

sedangkan pelabuhan purba
hanya menjadi perayaan luka
para nelayan
menepikan perahu-perahu
yang menunggu angin
untuk membawanya kembali
mengarungi laut

Laut itu semakin resah
sejak sejarah dibakar
dan dipindahkan
ke kota yang baru

sedangkan pelabuhan purba
hanya menjadi perayaan duka
para nelayan
yang menguburkan bangkai-bangkai ikan
di matanya yang nanar

tetapi di balik bukit,
gunung berapi tertidur pulas
menyimpan muntahan
yang sewaktu-waktu
akan dilepaskan

(Muncar, 2019)

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...