04/08/2020
BANGKIT
BANGKIT
Tentu, jarum jam terus berdetak
dan berputar
Berdesakan dengan angka-angka luka
Kita selalu terbuai
memekikkan merdeka
selama 75 tahun
"apakah kita benar-benar merdeka?"
Tak perlu menunggu jawaban
dari rumput yang bergoyang
sebab luka itu luka kita
(Muncar, 040820)
23/07/2020
LELAKI PUPUS ITU BERNAMA SIDOPEKSO
LELAKI PUPUS ITU
BERNAMA SIDOPEKSO
Penyesalan tak akan bisa
mengembalikan waktu
yang terbunuh
ketidakpercayaan
Cinta pula yang menumbuhkan
: lelaki pupus
tertanam di hutan derita
yang kini disihir menjadi kota
Maka, darah tetap semerbak
di sungai kesetiaan
juga sepi
yang dibawa sampai mati
(Damtelu, 060717)
*Antologi Puisi, Timur Jawa : Balada Tanah Takat (Balai Bahasa Jawa Timur, 2017)
21/07/2020
SEPERTI MELIHAT CHAIRIL
SEPERTI MELIHAT CHAIRIL
Berkaca di pelabuhan kecil
seperti melihat Chairil
Kapal dan perahu mempercepat senja
Angin bising sejak kemarin
sedang gudang, rumah tua
tak lagi mampu menampung cerita.
Nasib dan hidup apakah berkawan
jika kesunyian dianggap kekalahan
Waktu terus berlari bersama laju kereta
mengantar lagu derita kepada purnama
Malam semakin tambah kelam
sepi bertempik
mencium segala luka
segala yang tak dikenal
Berkaca di pelabuhan kecil
seperti melihat Chairil
ingin merdeka
juga hidup seribu tahun lagi
menanti suara dari ranting cemara
(Muncar, 210720)
Gubahan dari puisi Chairil Anwar
28/06/2020
AFRIZAL MALNA
AFRIZAL MALNA
Aku tidak bisa jujur
Jujur bisa tidak aku
Tidak bisa jujur aku
Aku jujur bisa tidak
Bisa jujur aku tidak
Tidak aku jujur bisa
Jujur aku tidak bisa
Bisa tidak aku jujur
Sehelai rambut putih
nancap di kepalanya
(Muncar, 280620)
18/06/2020
TITIP PESAN
TITIP PESAN
A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M
Belajarlah mengeja huruf-huruf di dadamu. Ketika waktu menunjukkan bagian malam. Waspada cahaya. Meski hanya lilin kecil. Serupa ular melilit di luar mimpimu. Juga kepalamu. Dipenuhi kelenjar buah jeruk.
N-O-P-Q-R-S-T-U-V-W-X-Y-Z
Nanti. Suatu ketika. Jika kau sudah dewasa. Rangkailah huruf-huruf menjadi kata. Menjadi frase. Menjadi kalimat. Menjadi paragraf. Menjadi teks. Duduklah serendah mungkin. Sambil menikmati secangkir kopi pahit.
(Muncar, 180620)
Poto Vemas Aditia
06/06/2020
DENYUT USIA
DENYUT USIA
: Nurma Listi
Rongga kepala membangun kamar. Denyut usia. Hidup yang melayani kehidupan. Doa adalah pesawat yang melesat ke langit. Membawa arsip-arsip harapan. Gelembung merah jambu. Bunga-bunga keniscayaan. Barangkali, kita harus yakin. Kipas angin memutar kesumat. Denting-denting kebahagiaan. Bukan hanya tentang cahaya membunuh gelap.
(Muncar, 050620)
01/06/2020
RIWAYAT LEMON TEA
RIWAYAT LEMON TEA
Angin menyandar pada malam yang tak bisa luntur oleh lampu-lampu. Rembulan bundar. Berkecipak pada segelas lemon tea. Aku tak tahu kemana segelas kopi. Juga asap rokok yang biasa menggenapi percakapan sepi.
Sekelebat bayanganku tiba-tiba muncul dari kertas lusuh. Puisi-puisi berkeringat. Menuliskan riwayat. Namun segelas lemon tea tetap hangat. O, perkenalan. Hujan. Angin. Malam. Memperluas persimpangan.
Segelas lemon tea. Tumpah pada dadamu. Ditumbuhi lumut-lumut harapan. Ciuman cuma batu-batu bibir. Mungkin hantu-hantu pada matamu yang sangsi. Di situ aku menemukan diriku yang lain. Puisi-puisi berkeringat. Membawaku kepada malam ini.
(Muncar, 010620)
Langganan:
Postingan (Atom)
CATATAN AGUSTUS 2024
ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...
-
ilustrasi dari AI Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi aku dengan koper masuk - keluar di stasiun Rogojampi bayangan berloncatan dari ti...
-
Ke Yogyakarta Aku datang ke Yogyakarta mengendarai google dengan kecepatan 72 Mbps tiba di angkringan sejarah wikipedia aku ...