LORONG PUISI
Catatan Digital
15/04/2025
ENAM TAHUN ISTRIKU
23/01/2025
SETELAH 2024
37 Tahun yang Bernafas
Sebuah
fosil bernyanyi di dalam kerongkongan desa. Selusin sungai waktu retak seperti
paru-paru yang tak pernah selesai memahami usia. Hela nafas adalah kereta api
kehilangan rel. Di sudut stasiun, sepasang sandal jepit menghisap rokok. Abunya
berjatuhan menjadi google maps. Menuju tempat hujan berhenti bernama.
Jalan
makadam terasa seperti lidah yang menyimpan rahasia. Bekas langkah kaki adalah
huruf-huruf yang lupa mengeja jalan pulang. Udara mengigil. Menatap potongan
tubuhku yang bercerai. Aku mencatat nafasku. Angka-angka melarikan diri. Ketika
kepalaku kotak masuk whatsapp. Pesan-pesan tanpa amplop memenuhi memori 64
gigabyte. Notifikasi bergetar mencari sinyal 5G. Lagu ambyar. Berita perang.
Atau dengung listrik yang belum mengisi token.
Burung-burung
terbang dari dadaku. Meningggalkan sarang 37 musim kemarau. Siapa yang
mengetik? Siapa yang membaca? Seribu bayangan wajah selalu lahir dari kebakaran
hutan. Aku menghitung detik yang melompati tubuhku. Huruf-huruf doa
bergelantungan di ujung jalan. Lampu berkedip. Mimpi yang ketakutan. Antara tubuhku
dan dunia yang terus berlari.
Muncar, 2025
06/01/2025
MEMBUKA PINTU YANG LAIN
Membuka Pintu yang Lain
25/11/2024
PESAN GURU KEPADA GURU
ilustrasi AI |
Kurikulum adalah teka-teki silang tanpa petunjuk, menyisakan kelas dengan kursi yang pincang dan orkestra kipas angin yang sumbang. Adalah saksi bisu mimpi-mimpi yang sering kali tersangkut di langit-langit yang bocor. Buku-buku pelajaran berdebu menggigil di pojok perpustakaan. Aku melihat papan tulis menayangkan mimpi-mimpi lama yang tak pernah selesai diperbarui. Di luar jendela, sinyal internet berkelahi dengan pohon beringin dan mangga; mereka tak tahu, di kelas itu proyektor hanya sebuah sesak nafas.
Anak-anakku, aku melihat layar 6 inch menyedot waktu seperti lubang hitam. TikTok, Instagram, Mobile Legend---mereka mengganti tugas membaca puisi dengan jogged pargoy, mengganti diskusi dengan komentar pendek yang berakhir dalam diam. Aku takut pada dunia yang mengukur manusia dari skincare dan make up tebal di wajah, dari kopi yang diminum di kafe mahal bersama pacar, dari peringkat di papan skor game online.
Aku mencoba mengajari pentingnya membaca, tapi algoritma lebih menarik perhatian daripada kalimat-kalimat Hemingway atau Chairil Anwar. Aku hanya bisa berdiri di antara gelak tawa dan foto selfie, bertanya-tanya apakah kalian tahu apa arti sebenarnya dari kebahagiaan.
Ada beban yang tak terlihat di pundak kami, gunung-gunung yang harus kami pikul setiap kali menuntut dokumen. Kami menyusun laporan lebih sibuk dengan angka-angka daripada wajah-wajah di depan kami. Tapi kata mereka, ikhlaslah, ini ibadah. Pengabdian harus tanpa tanda jasa.
Ada orang tua seperti hantu di rapat sekolah meninggalkan jejak tanda tangan di daftar kehadiran. Kalian menjadi perahu tanpa dayung, melawan arus tanpa arahan. Aku bertanya-tanya, “Siapa yang benar-benar menjadi gurumu? Dunia maya yang luas, atau aku yang terbatas di ruang kelas itu?”
Di tengah segala ini, kami berjalan di garis antara intimidasi dan kriminalisasi dari oknum yang mengatasnamakan demi anak bangsa. Pendidikan yang harusnya membebaskan, malah membelenggu ruang gerak kami.
Aku tak ingin kalian mengingatku hanya sebagai guru yang berdiri di depan kelas, mengulang pelajaran yang sama dari tahun ke tahun. Aku ingin kalian mengenangku sebagai suara yang mengajarkan bagaimana bermimpi, bagaimana mencintai, bagaimana bangkit meski dunia ini kadang tak adil.
Anak-anakku kelulusan itu bukan akhir. Dan ketika kalian melangkah pergi, jangan lupakan mereka yang pernah berdiri di belakang, menahan pintu agar kalian bisa melangkah keluar.
Muncar, 2024
kami haus, matahari pagi ini terlalu barbar
03/09/2024
CATATAN AGUSTUS 2024
ilustrasi AI
REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN
untuk Nadira Andalibtha
Sekumpulan
puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yang menyeduh segelas kopi. Duduk
dengan kursi. Orang-orang juga ikut bicara. Suara tertangkap senja. Seorang
bayi telah tumbuh di garis piatu. Memutar ingatannya dalam film remaja.
algoritma
rindu
adalah
memulangkan
kepergian
yang
tak
bisa
diterjemahkan
dengan
kacamata
dan
ponsel
Seorang
bayi mendownload kalender. Mengulang kelahiran. Angka-angka berjatuhan dua
puluh dua tahun. Sekumpulan puisi sedang asyik menghimpun bahasa. Orang-orang
juga ikut bicara. Ini bukan pengadilan. Perjalanan bahasa masih harus ditempuh
lagi.
Muncar,
2024
ES
KRIM COKELAT
ayah
mama
kakak
mau beli
es
krim cokelat
hmmm,
enak
adik
juga mau beli
es
krim cokelat
itu
jerapah melompat
dari
atas TV
awas
hantu
mata
biru
di
sana
aku
takut
kakak
dan adik
gak
mau dijiwit
mama
nakal
lihat
HP terus
ayah
kok minum kopi
kakak
dan adik
gak
boleh minta
pesawat
belum lewat
kakak
dan adik
maem
bubur
es
krim cokelatnya habis
beli
lagi, yah
beli
lagi, ma
kakak
dan adik
minta
uang
kakak
dan adik
gak
nakal
Muncar,
2024
LEKUK
TUBUH AGUSTUS
Agustus
bergetar menggoyangkan lekuk tubuhnya. Merayakan laki-laki dan perempuan. Tua
dan muda. Kita adalah ledakan suara ribuan watt. Kita adalah gelombang bass
dan treble. Menampar dinding-dinding rumah. Menembus ke pori-pori
jendela yang basah oleh keringat.
Sorot
lampu disko dengan kecepatan mejikuhibiniu. Bayang-bayang manusia tertawa. Sebuah
parade truk. Pargoy merayap dalam tubuh. Agustus, kita menari di kepalaku. Menyusun
langkah yang melarikan diri ke jalanan. Malam memecah sepi di antara tiang
bendera dan kabel listrik.
Agustus,
kita menari di kepalaku. Lalu lintas yang macet. Pargoy merayap dalam tubuh
sepanjang malam. Dan ledakan suara ribuan watt tak pernah selesai
bercerita. Apakah kemerdekaan sudah merdeka?
Muncar,
2024
31/03/2024
CUACA SIDOARJO
Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi
aku dengan koper
masuk - keluar di stasiun Rogojampi
bayangan berloncatan dari tiket kereta
ke Sidoarjo
: menghitung keberangkatan
dan kepulangan
sejak pagi dan kembali pagi
sebelum malam tiba
aku menjumpai diriku
menjadi kursi, jendela kaca, ac,
koper-koper, gadget yang nyala,
dan orang-orang ngobrol
di dalam gerbong
bagaimana cara mengetik
atau mengetuk puisi di gadget?
jika suara kereta terus menjerit
suara-suara kolonial
yang terus hidup di sepanjang rangkaian rel
dari stasiun ke stasiun
sedangkan mitos masa depan
bersembunyi di dalam topiku
: menghitung kemungkinan
dari kemungkinan
yang tidak mungkin
bolehkah aku ngopi dan ngudut
sambil manggut-manggut
mendengarkan lagu dangdut?
Banyuwangi - Sidoarjo, 24 Maret 2024
Selamat Siang Sidoarjo
Cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
biarkan saja matahari
di atas kepala
dan kereta selalu berhenti
di stasiun
apakah ada hotel yang menyediakan aku?
aku tiba di stasiun
sebelum ke hotel
temanku memesan ojek online
yang akan menerjemahkan
jarak stasiun ke hotel
berputar-putar
di bawah flyover polusi udara
hari Minggu yang tetap merayap
intervensi silsilah Porong
dan buruh pabrik
aku tiba di hotel
cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
apakah hotel juga menyediakan lumpur lapindo?
Sidoarjo, 24 Maret 2024
Orientasi Aku Tentang Aku
aku dulu pernah bicara kepada aku
suatu saat akan ada sinar bukan cahaya
menghampiri aku yang aku
mesti tidak tepat waktu
adalah pada waktu yang tepat
tunggu dan jangan menyerah
aku tidak akan meninggalkan aku
sebelum aku
aku setelah aku
aku sekarang aku
aku besok aku
aku lusa aku
aku dan seterusnya aku
adalah mendefinisikan aku
bukan pasar malam yang terus begadang
bukan hujan malam-malam yang tidak lapar
bukan wifi yang memanjat dinding
bukan kamar 8828 yang memesan cuaca
bukan ac yang tidak merokok
bukan kran air yang tidak mengalir
bukan cangkir yang tidak ngopi
jadi dapat disimpulkan
jangan melihat aku sekarang
bahwa aku tidak bisa duduk di closset duduk
Sidoarjo, 25 Maret 2024
Kemana Kopi Kapal Api di Hotel
Menjahit dalam Kontrak Kerja di Hotel
Puisi Sebelum dan Setelah
mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau
ketika orang-orang berlari
aku masih merangkak
dari tujuh musim memasak nasib di kampus
puisi-puisi terlipat dalam selembar kertas
jauh di bawah cumlaude
mereka selalu melihatku
dari bayangan orang-orang berlari
aku terus merangkak
dengan puisi-puisi yang berkarat
ketika orang-orang berlari
aku masih berjalan
ketika orang-orang berlari
aku juga berlari
ketika orang-orang berlari
aku juga masih berlari
mereka hanya melihatku ketika berlari
ketika orang-orang berlari
siapa yang bisa menafsir puisi
apakah orang-orang masih berlari
menjadi apa
apa menjadi
kita tidak pernah tahu
puisi punya nasib masing-masing
ketika aku dan orang-orang berlari
mereka masih melihatku
dari bayangan orang-orang
yang selalu berlari itu
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau
Sidoarjo-Banyuwangi, 27-28 Maret 2024
07/03/2024
PREPOSISI
Insomnia Dua Bola
Mata
seorang lelaki
seorang perempuan
telah berhasil
mengumpulkan kita
sebelum azan subuh
untuk mempersiapkan
pertanyaan - jawaban
yang terlalu tergesa-gesa
dan dipaksakan
setelah azan subuh
kepalaku masih dua
bola mata
mondar-mandir di
depan laptop
menggerayangi
bayangan kurikulum merdeka
yang berserakan di
halaman microsoft word
segelas kopi sudah
dingin
dan tiga batang
rokok
tidur di ruang
depan
kali ini aku tidak
memutar kipas angin
atau di rumahku
tidak ada ac
seperti kata
istriku
hari-hari selalu
dikejar program
percepatan
digitalisasi
kenaikan gaji 8%
dengan makan siang
gratis
simulasi hasil
pemilu
pada platform
merdeka mengajar
tumpukan berkas bullying
ramai di pasar pemberitaan
murid kencing berlari
guru terkencing-kencing
dan dikencingi
sekolah tempat kampanye
memasak telur mata sapi
melirik ke kanan
melirik ke kiri
halo, apakah petani
sudah cuci muka
dan gosok gigi
sebelum mengantre
beras bansos?
jangan protes,
petani adalah pemuisi
yang membacakan
pupuk subsidi
di sawah-sawah
gagal panen
harga sembako
selalu melonjak
ke langit tanpa
langit-langit
menjemput bulan
puasa
sebuah endemi
tahunan
yang tidak bisa
dihindari
halo, bagaimana
kabar THR?
aku bosan
membayangkan
wajahnya yang
menguap
di lubang jalan
musim hujan
ayo kita masukkan
butir-butir hantu
ke dalam aplikasi analisis
yang semrawut
kemungkinan diterima
kemungkinan ditolak
pidato seorang lelaki
pidato seorang perempuan
memegang mikrofon
setelah azan subuh
kepalaku masih dua
bola mata
yang beranjak dari
laptop
menghabisi segelas
kopi dingin
kemudian menyusul
istri
dan kedua anakku
menyelesaikan mimpi
maaf aku lupa
download
Muncar, 7 Maret
2024
ENAM TAHUN ISTRIKU
ilustrasi dari AI Hujan Melelapkan Insomnia hujan melelapkan insomnia di dalam plastik bekas mainan guling kanak-kanakmu menyimpan jejak ba...

-
ilustrasi AI Pesan Guru Kepada Muridnya Kurikulum adalah teka-teki silang tanpa petunjuk, menyisakan k elas dengan kursi yang pincang d...
-
Foto dari AI Membuka Pintu yang Lain Pagi tergelincir dari kalender kalian bungkus kenangan seperti seragam di lemari tua warna-warna hujan ...
-
ilustrasi AI 37 Tahun yang Bernafas Sebuah fosil bernyanyi di dalam kerongkongan desa. Selusin sungai waktu retak seperti paru-paru ...