15/04/2025

ENAM TAHUN ISTRIKU

ilustrasi dari AI


Hujan Melelapkan Insomnia 


hujan melelapkan insomnia
di dalam plastik bekas mainan
guling kanak-kanakmu menyimpan
jejak bayangan yang tak selesai jadi manusia

kursi ruang tamu—dipenuhi remah roti
yang tak sempat tumbuh jadi dewasa
susu botol bergelantung di jemari
seperti kantung waktu yang lupa jatuh

robot itu merekam bunyi hujan
seminggu lalu: aku membeli tubuh tanpa bahasa

mobil-mobilan merah—diam
terparkir di mulut malam
tak bisa pergi ke mana-mana

bantal kanak-kanakmu menyerap langit
mama menyisakan napas di kamar
ayah mengaduk gelas kopi dengan pelan
yang tak pernah menemukan alamat

Muncar, April 2025



Enam Tahun Istriku
(23 Maret 2019 — 2025)


sebuah remot televisi jatuh di lantai
jam dinding pura-pura tidur
kita bicara dalam suara kipas angin
menusuk—membelai  
seperti tubuhmu
yang disusun dari daftar belanja
dan tubuhku, iklan promosi
di toples bekas biskuit lebaran

cinta tidak perlu izin tetangga
kursi plastik di kamar depan
tidak pernah menanyakan itu

di dinding, wajah kita tahun 2019
masih memeluk cahaya
dari jendela rumah orang tuamu
lampu temaram itu
ditemani pertanyaan-pertanyaan kecil
dari dua mulut mungil
yang belum tahu arti:
kenapa mama menangis diam-diam?

enam tahun
adalah parkiran sepeda yang selesai kita kredit
adalah kasur bau ompol
adalah tubuhmu yang tidak sempat merapikan dirinya sendiri

aku mencintaimu seperti sendok
yang hilang ketika makan malam
seperti resi belanja
yang tak sengaja kau temukan di saku celana
seperti cinta yang tak punya tombol mute

lihatlah, bulan tidak pernah lulus sekolah
tapi ia tetap menggambar malam
dengan warna yang tidak bisa kita disebut

Muncar, April 2025



Anak-Anak Kita yang Tumbuh


Sore jatuh ke dalam layar gawai
mata anak-anak kita berenang di kolam biru
mereka tumbuh dari algoritma
tangan mereka menggeser musim
menggeser sejarah  

Di gang depan rumah
petak umpet hanya gemetar di ingatan kita
terjebak di sela-sela paping yang pecah
di antara sepeda tanpa pedal
dan notifikasi whatsapp

Anak-anak kita tumbuh dalam suara mesin
jari-jari mereka menjahit cahaya
membuka pintu yang tidak pernah ada  
menutup pintu yang tidak pernah dikunci  
kita memanggil mereka
di antara sinyal Wi-Fi  
dan lagu-lagu yang diputar oleh youtube

Di gang di depan rumah
seutas tali masih melingkar di pergelangan waktu 
menunggu kaki kecil menari
menunggu dunia kembali ke dirinya sendiri  

Muncar, April 2025

23/01/2025

SETELAH 2024

 

ilustrasi AI


37 Tahun yang Bernafas

 

Sebuah fosil bernyanyi di dalam kerongkongan desa. Selusin sungai waktu retak seperti paru-paru yang tak pernah selesai memahami usia. Hela nafas adalah kereta api kehilangan rel. Di sudut stasiun, sepasang sandal jepit menghisap rokok. Abunya berjatuhan menjadi google maps. Menuju tempat hujan berhenti bernama.

 

Jalan makadam terasa seperti lidah yang menyimpan rahasia. Bekas langkah kaki adalah huruf-huruf yang lupa mengeja jalan pulang. Udara mengigil. Menatap potongan tubuhku yang bercerai. Aku mencatat nafasku. Angka-angka melarikan diri. Ketika kepalaku kotak masuk whatsapp. Pesan-pesan tanpa amplop memenuhi memori 64 gigabyte. Notifikasi bergetar mencari sinyal 5G. Lagu ambyar. Berita perang. Atau dengung listrik yang belum mengisi token.

 

Burung-burung terbang dari dadaku. Meningggalkan sarang 37 musim kemarau. Siapa yang mengetik? Siapa yang membaca? Seribu bayangan wajah selalu lahir dari kebakaran hutan. Aku menghitung detik yang melompati tubuhku. Huruf-huruf doa bergelantungan di ujung jalan. Lampu berkedip. Mimpi yang ketakutan. Antara tubuhku dan dunia yang terus berlari.

 

Muncar, 2025


06/01/2025

MEMBUKA PINTU YANG LAIN

Foto dari AI


Membuka Pintu yang Lain


Pagi tergelincir dari kalender
kalian bungkus kenangan seperti seragam di lemari tua
warna-warna hujan yang kusut
lampu jalan yang kehilangan pijar terakhir
Kita duduk di kantor, kopi tanpa tatap mata
langit mencoba bicara lewat atap sekolah yang bocor

Perpindahan adalah geografi tubuh
sementara aku menghitung kilometer  
dari detak jarum jam ke detak perpisahan
Ada suara lain yang kalian bawa pergi:  
ketukan sepatu, tawa pecah,
yang tak sempat kita habiskan di koridor
dan di dalam kelas

Kalian pergi ke arah bayangan  
yang tidak lagi mengikuti tubuh
Pintu-pintu melahirkan kelas baru
angin yang menabrak kaca jendela  

Aku hanya tinggal di sini
menyusun lagi percakapan yang patah  
membaca kembali peta kalian 
di ruang kosong yang terus berbicara

Jarak adalah tikungan yang harus dipeluk 
        Selamat tinggal adalah pintu  
                yang tidak pernah benar-benar tertutup


Muncar, 06 Januari 2025

25/11/2024

PESAN GURU KEPADA GURU

ilustrasi AI

 

Pesan Guru Kepada Muridnya

 
Kurikulum adalah teka-teki silang tanpa petunjuk, menyisakan kelas dengan kursi yang pincang dan orkestra kipas angin yang sumbang. Adalah saksi bisu mimpi-mimpi yang sering kali tersangkut di langit-langit yang bocor. Buku-buku pelajaran berdebu menggigil di pojok perpustakaan. Aku melihat papan tulis menayangkan mimpi-mimpi lama yang tak pernah selesai diperbarui. Di luar jendela, sinyal internet berkelahi dengan pohon beringin dan mangga; mereka tak tahu, di kelas itu proyektor hanya sebuah sesak nafas.
 
Anak-anakku, aku melihat layar 6 inch menyedot waktu seperti lubang hitam. TikTok, Instagram, Mobile Legend---mereka mengganti tugas membaca puisi dengan jogged pargoy, mengganti diskusi dengan komentar pendek yang berakhir dalam diam. Aku takut pada dunia yang mengukur manusia dari skincare dan make up tebal di wajah, dari kopi yang diminum di kafe mahal bersama pacar, dari peringkat di papan skor game online.
 
Aku mencoba mengajari pentingnya membaca, tapi algoritma lebih menarik perhatian daripada kalimat-kalimat Hemingway atau Chairil Anwar. Aku hanya bisa berdiri di antara gelak tawa dan foto selfie, bertanya-tanya apakah kalian tahu apa arti sebenarnya dari kebahagiaan.
 
Ada beban yang tak terlihat di pundak kami, gunung-gunung yang harus kami pikul setiap kali menuntut dokumen. Kami menyusun laporan lebih sibuk dengan angka-angka daripada wajah-wajah di depan kami. Tapi kata mereka, ikhlaslah, ini ibadah. Pengabdian harus tanpa tanda jasa.
 
Ada orang tua seperti hantu di rapat sekolah meninggalkan jejak tanda tangan di daftar kehadiran. Kalian menjadi perahu tanpa dayung, melawan arus tanpa arahan. Aku bertanya-tanya, “Siapa yang benar-benar menjadi gurumu? Dunia maya yang luas, atau aku yang terbatas di ruang kelas itu?
 
Di tengah segala ini, kami berjalan di garis antara intimidasi dan kriminalisasi dari oknum yang mengatasnamakan demi anak bangsa. Pendidikan yang harusnya membebaskan, malah membelenggu ruang gerak kami.
 
Aku tak ingin kalian mengingatku hanya sebagai guru yang berdiri di depan kelas, mengulang pelajaran yang sama dari tahun ke tahun. Aku ingin kalian mengenangku sebagai suara yang mengajarkan bagaimana bermimpi, bagaimana mencintai, bagaimana bangkit meski dunia ini kadang tak adil.
 
Anak-anakku kelulusan itu bukan akhir. Dan ketika kalian melangkah pergi, jangan lupakan mereka yang pernah berdiri di belakang, menahan pintu agar kalian bisa melangkah keluar.


Muncar, 2024



Upacara Bendera di Hari Senin


Tiang bendera terdiam. Bau seragam senin pagi. Anak-anak berkumpul membentuk barisan. Tubuh-tubuh menunggu perintah.

(siap gerak) – (hormat gerak)

Bendera naik perlahan. Seperti seekor burung yang mencari arah. Tangan-tangan di dahi. Mata mereka berkeliaran. Kerutan sepatu hitam. Ikat pinggang berwarna hitam. Kaos kaki berwarna hitam. Terbungkus bayangan kelas-kelas dan rumput lapangan yang memantulkan matahari.

Lagu Indonesia Raya merambat ke langit. Ke dinding kelas yang retak. Menempel di pohon tua yang menahan ingatan masa lalu. Kaki-kaki hilang dari kalender. Meski mereka ingin duduk dan berbicara:

kami haus, matahari pagi ini terlalu barbar 

Pidato kepala sekolah adalah dengungan mesin yang patah. Soal angka dan kewajiban. Di depan kelas itu. Pohon tua menyaksikan petugas yang lupa teks upacara.

Senin selalu begini. Selalu begitu. Mulut adalah spanduk tersangkut pagar. Telinga berbaris tanpa kepala. Anak-anak juga belajar. Menjadi hari-hari selain upacara.

Bendera berkibar di puncak tiang. Siapa yang mendengar. Suara-suara tidak tersampaikan. Mimpi terburu-buru berlari. Hari senin pagi pulang ke kelas.


Muncar, 2024


Anjir, Aku Terlambat!


Selamat pagi
kemana pukul 06.30
aku masih menggosok gigi kesiangan
gerbang tersisa 15 menit lagi

Menatap cermin. Bayangan lupa mengikat tali sepatu. Motor menyeret wajah dengan tergesa-gesa. Lampu merah lebih panjang dari lampu hijau. Aku tidak peduli lampu kuning. Tapi “waktu adalah uang”. Quotes instagram macet di perempatan jalan. Suara klakson berdesakan kehadiranku. Belok kiri jalan terus.  

Anjir, minggir woy!

Selamat pagi
kemana pukul 07.00
aku masih membeli kopi sachet di warung madura
gerbang tersisa di sebelah barat

Kalau boleh, aku pinjam waktu. Sepatu ketinggalan napas. Aku menggosok gigi kesiangan. Kantor bukan sekadar tanya dan jawaban. Pagi ini. Pagi yang sebelum dan sesudah. Realitas secangkir kopi. Pukul 07.15 menyambut kehadiranku.

Anjir, aku terlambat lagi!


Muncar, 2024



Kami Tidak Bisa Menulis Puisi


Kami tidak bisa menulis puisi. Kalimat-kalimat tidak dimulai - selesai. Mesin-mesin lebih cepat dari mulut kami. Kami sibuk mengumpulkan malam dari layar ponsel. Tangan kami terjepit notifikasi dan iklan:

                angka
                suara pecah
                air mata basi

Ponsel mendidih di kantong kami. Sejak ribuan hari yang lalu. Lidah bahasa berjatuhan di pasar malam. Kami lupa cara membaca bayangan dalam cup minuman kekinian. Cafe terus tumbuh menjadi kepala insomnia.

Kami tidak bisa menulis puisi. Bagaimana kode-kode hampa menyusun metafora.  Puisi melompat dari cahaya bulan. Bahasa yang pernah kami hisap adalah asap vape.

                kata-kata merangkak
                di swalayan dengan harga promo
                deretan komoditas 
                hitungan per suku kata 
                dari jumlah suka dan komentar  

Kamus bahasa terbakar tanpa kipas angin. Kata-kata terkelupas dari sampul buku. Kami tidak bisa menulis puisi. Kemana ada bolpoin. Jari-jari kami membeku di atas keyboard. Menjahit mimpi yang putus sejak digital pertama.

kami tidak bisa menulis puisi
kesunyian tidak mengenal malam
kami mendengar algoritma
menghitung - sampai selamanya


Muncar, 2024



Workshop Kurikulum Merdeka


BUANG PAPAN TULIS!
BUANG PAPAN TULIS!

Boardmarker kehabisan tinta
presentasi masih memesan proyektor
siapa yang merdeka?
buku panduan tersedak di lembar ketiga
--- judul: revisi inovasi dan kekosongan
literasi adalah menghapus memori sebelum istirahat kedua

guru menyusun pelajaran
dari serpihan powerpoint
peserta didik melarikan diri
dari CP dan ATP yang tak bisa di-klik

assessment! Assessment!

(mereka bilang, ini soal angka)
catatan hilang dari logika google classroom

merdeka dari siapa, merdeka ke mana?
slide yang tak kunjung tiba
presentasi masih memesan proyektor
tiket evaluasi: siapa yang tersisa di sini?
apakah kamu sudah belajar soal kecerdasan buatan?

refleksi tercecer di lantai
peserta didik belajar dari tagar
kitabelajarpadajaringan (dan) sinyalyangmati


Muncar, 2024





03/09/2024

CATATAN AGUSTUS 2024

 

ilustrasi AI


REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN

untuk Nadira Andalibtha

 

Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yang menyeduh segelas kopi. Duduk dengan kursi. Orang-orang juga ikut bicara. Suara tertangkap senja. Seorang bayi telah tumbuh di garis piatu. Memutar ingatannya dalam film remaja.

 

algoritma

rindu

adalah

memulangkan

kepergian

yang

tak

bisa

diterjemahkan

dengan

kacamata

dan

ponsel

 

Seorang bayi mendownload kalender. Mengulang kelahiran. Angka-angka berjatuhan dua puluh dua tahun. Sekumpulan puisi sedang asyik menghimpun bahasa. Orang-orang juga ikut bicara. Ini bukan pengadilan. Perjalanan bahasa masih harus ditempuh lagi.

 

 

Muncar, 2024

 


ES KRIM COKELAT

 

ayah

mama

kakak mau beli

es krim cokelat

hmmm, enak

adik juga mau beli

es krim cokelat

itu jerapah melompat

dari atas TV

awas hantu

mata biru

di sana

aku takut

kakak dan adik

gak mau dijiwit

mama nakal

lihat HP terus

ayah kok minum kopi

kakak dan adik

gak boleh minta

pesawat belum lewat

kakak dan adik

maem bubur

es krim cokelatnya habis

beli lagi, yah

beli lagi, ma

kakak dan adik

minta uang

kakak dan adik

gak nakal

 

Muncar, 2024

 

 

 

LEKUK TUBUH AGUSTUS

 

Agustus bergetar menggoyangkan lekuk tubuhnya. Merayakan laki-laki dan perempuan. Tua dan muda. Kita adalah ledakan suara ribuan watt. Kita adalah gelombang bass dan treble. Menampar dinding-dinding rumah. Menembus ke pori-pori jendela yang basah oleh keringat.

 

Sorot lampu disko dengan kecepatan mejikuhibiniu. Bayang-bayang manusia tertawa. Sebuah parade truk. Pargoy merayap dalam tubuh. Agustus, kita menari di kepalaku. Menyusun langkah yang melarikan diri ke jalanan. Malam memecah sepi di antara tiang bendera dan kabel listrik.

 

Agustus, kita menari di kepalaku. Lalu lintas yang macet. Pargoy merayap dalam tubuh sepanjang malam. Dan ledakan suara ribuan watt tak pernah selesai bercerita. Apakah kemerdekaan sudah merdeka?

 

Muncar, 2024

 

31/03/2024

CUACA SIDOARJO

 

ilustrasi dari AI


Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi

 
aku dengan koper
masuk - keluar di stasiun Rogojampi 
bayangan berloncatan dari tiket kereta
ke Sidoarjo 
        : menghitung keberangkatan
dan kepulangan
sejak pagi dan kembali pagi
sebelum malam tiba
aku menjumpai diriku
menjadi kursi, jendela kaca, ac,
koper-koper, gadget yang nyala, 
dan orang-orang ngobrol
di dalam gerbong
 
bagaimana cara mengetik
atau mengetuk puisi di gadget? 
 
jika suara kereta terus menjerit 
suara-suara kolonial
yang terus hidup di sepanjang rangkaian rel
dari stasiun ke stasiun 
sedangkan mitos masa depan
bersembunyi di dalam topiku
        : menghitung kemungkinan
dari kemungkinan
yang tidak mungkin 
 
bolehkah aku ngopi dan ngudut
sambil manggut-manggut
mendengarkan lagu dangdut? 
 

Banyuwangi - Sidoarjo, 24 Maret 2024


Selamat Siang Sidoarjo

 
Cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
biarkan saja matahari
di atas kepala
dan kereta selalu berhenti
di stasiun 
 
apakah ada hotel yang menyediakan aku? 
 
aku tiba di stasiun 
sebelum ke hotel 
temanku memesan ojek online 
yang akan menerjemahkan 
jarak stasiun ke hotel
berputar-putar
di bawah flyover polusi udara
hari Minggu yang tetap merayap 
intervensi silsilah Porong
dan buruh pabrik
 
aku tiba di hotel
cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
 
apakah hotel juga menyediakan lumpur lapindo? 
 
 
Sidoarjo, 24 Maret 2024


Orientasi Aku Tentang Aku


Panggilan aku tentang aku
jatuh ke seorang aku
aku dulu pernah bicara kepada aku
suatu saat akan ada sinar bukan cahaya
menghampiri aku yang aku
mesti tidak tepat waktu
adalah pada waktu yang tepat
 
tunggu dan jangan menyerah
aku tidak akan meninggalkan aku

 
sebelum aku
aku setelah aku 
aku sekarang aku
aku besok aku
aku lusa aku
aku dan seterusnya aku
 
adalah mendefinisikan aku
bukan pasar malam yang terus begadang
bukan hujan malam-malam yang tidak lapar
bukan wifi yang memanjat dinding 
bukan kamar 8828 yang memesan cuaca
bukan ac yang tidak merokok 
bukan kran air yang tidak mengalir
bukan cangkir yang tidak ngopi 
 
jadi dapat disimpulkan
jangan melihat aku sekarang
bahwa aku tidak bisa duduk di closset duduk

 

Sidoarjo, 25 Maret 2024


Kemana Kopi Kapal Api di Hotel


Setelah tiba di hotel bukan di bandara.
        Setelah menulis dan mengumpulkan biodata bukan puisi.
Setelah kunci kamar diambil temanku bukan tetanggaku.
        Setelah masuk ke kamar bukan ke minimarket.
Setelah mandi bukan menyapu lantai.
        Setelah ganti pakaian bukan telanjang.
Setelah berkumpul di ballroom bukan di warung kopi.
        Setelah berbuka puasa bukan ngopi.
Setelah kenyang bukan lapar.
        Setelah menghisap rokok bukan asap pabrik dan kendaraan.
Setelah kembali lagi ke kamar bukan ke lobby hotel.
        Setelah malam tambah malam bukan tambah pagi.
Setelah makan bakso kikil bukan nasi pecel.
        Setelah ngobrol dengan teman bukan satpam hotel.
Setelah menghisap rokok lagi bukan asap pabrik dan kendaraan lagi.
        Setelah tidur bukan bangun.
Setelah bangun bukan tidur.
        Setelah tidak sahur bukan tidak makan. 
 
water heater, kemana kopi kapal api di hotel? 
 

Sidoarjo, 25 Maret 2024 


Menjahit dalam Kontrak Kerja di Hotel


Silakan duduk
tapi duduk tidak menyediakan kopi
menahan kantuk
dan kurang tidur tambah tidur

silakan makan
tapi makan tidak menyediakan rokok
tapi silakan meminum puisi
dan kata-kata mondar-mandir
naik turun lift
naik turun tangga

silakan mandi
tapi mandi tidak menyediakan gayung
tidak ada bak mandi
silakan membayangkan sabun
dan cermin menjahit baju dinas
dalam kontrak kerja

jika kontrak kerja masih berlanjut
hubungi teller bank terdekat


Sidoarjo, 26 Maret 2024


Puisi Sebelum dan Setelah


mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau

ketika orang-orang berlari 
aku masih merangkak
dari tujuh musim memasak nasib di kampus
puisi-puisi terlipat dalam selembar kertas
jauh di bawah cumlaude

mereka selalu melihatku
dari bayangan orang-orang berlari
aku terus merangkak
dengan puisi-puisi yang berkarat

ketika orang-orang berlari
aku masih berjalan
ketika orang-orang berlari
aku juga berlari
ketika orang-orang berlari
aku juga masih berlari
mereka hanya melihatku ketika berlari

ketika orang-orang berlari
siapa yang bisa menafsir puisi
apakah orang-orang masih berlari
menjadi apa
apa menjadi
kita tidak pernah tahu
puisi punya nasib masing-masing

ketika aku dan orang-orang berlari
mereka masih melihatku
dari bayangan orang-orang
yang selalu berlari itu

mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau

puisi sebelum dan setelah


Sidoarjo-Banyuwangi, 27-28 Maret 2024

 



07/03/2024

PREPOSISI


ilustrasi AI

Insomnia Dua Bola Mata

 

                seorang lelaki

                seorang perempuan

                telah berhasil

                mengumpulkan kita

                sebelum azan subuh

                untuk mempersiapkan

                pertanyaan - jawaban

                yang terlalu tergesa-gesa

                dan dipaksakan

 

setelah azan subuh

kepalaku masih dua bola mata

mondar-mandir di depan laptop

menggerayangi bayangan kurikulum merdeka

yang berserakan di halaman microsoft word

 

segelas kopi sudah dingin

dan tiga batang rokok

tidur di ruang depan

 

kali ini aku tidak memutar kipas angin

atau di rumahku tidak ada ac 

seperti kata istriku

hari-hari selalu dikejar program

percepatan digitalisasi

kenaikan gaji 8%

dengan makan siang gratis

simulasi hasil pemilu

pada platform merdeka mengajar

 

                tumpukan berkas bullying

                ramai di pasar pemberitaan

                murid kencing berlari

                guru terkencing-kencing

                dan dikencingi

                sekolah tempat kampanye

                memasak telur mata sapi

                melirik ke kanan

                melirik ke kiri

 

halo, apakah petani sudah cuci muka

dan gosok gigi

sebelum mengantre beras bansos?

jangan protes, petani adalah pemuisi

yang membacakan pupuk subsidi

di sawah-sawah gagal panen

 

harga sembako selalu melonjak

ke langit tanpa langit-langit

menjemput bulan puasa

sebuah endemi tahunan

yang tidak bisa dihindari

halo, bagaimana kabar THR?

aku bosan membayangkan

wajahnya yang menguap

di lubang jalan musim hujan

 

                ayo kita masukkan

                butir-butir hantu

                ke dalam aplikasi analisis

                yang semrawut

                kemungkinan diterima

                kemungkinan ditolak

                pidato seorang lelaki

                pidato seorang perempuan

                memegang mikrofon

 

setelah azan subuh

kepalaku masih dua bola mata

yang beranjak dari laptop

menghabisi segelas kopi dingin

kemudian menyusul istri

dan kedua anakku

menyelesaikan mimpi

maaf aku lupa download

 

Muncar, 7 Maret 2024


 

ENAM TAHUN ISTRIKU

ilustrasi dari AI Hujan Melelapkan Insomnia  hujan melelapkan insomnia di dalam plastik bekas mainan guling kanak-kanakmu menyimpan jejak ba...