03/09/2024

CATATAN AGUSTUS 2024

 

ilustrasi AI


REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN

untuk Nadira Andalibtha

 

Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yang menyeduh segelas kopi. Duduk dengan kursi. Orang-orang juga ikut bicara. Suara tertangkap senja. Seorang bayi telah tumbuh di garis piatu. Memutar ingatannya dalam film remaja.

 

algoritma

rindu

adalah

memulangkan

kepergian

yang

tak

bisa

diterjemahkan

dengan

kacamata

dan

ponsel

 

Seorang bayi mendownload kalender. Mengulang kelahiran. Angka-angka berjatuhan dua puluh dua tahun. Sekumpulan puisi sedang asyik menghimpun bahasa. Orang-orang juga ikut bicara. Ini bukan pengadilan. Perjalanan bahasa masih harus ditempuh lagi.

 

 

Muncar, 2024

 


ES KRIM COKELAT

 

ayah

mama

kakak mau beli

es krim cokelat

hmmm, enak

adik juga mau beli

es krim cokelat

itu jerapah melompat

dari atas TV

awas hantu

mata biru

di sana

aku takut

kakak dan adik

gak mau dijiwit

mama nakal

lihat HP terus

ayah kok minum kopi

kakak dan adik

gak boleh minta

pesawat belum lewat

kakak dan adik

maem bubur

es krim cokelatnya habis

beli lagi, yah

beli lagi, ma

kakak dan adik

minta uang

kakak dan adik

gak nakal

 

Muncar, 2024

 

 

 

LEKUK TUBUH AGUSTUS

 

Agustus bergetar menggoyangkan lekuk tubuhnya. Merayakan laki-laki dan perempuan. Tua dan muda. Kita adalah ledakan suara ribuan watt. Kita adalah gelombang bass dan treble. Menampar dinding-dinding rumah. Menembus ke pori-pori jendela yang basah oleh keringat.

 

Sorot lampu disko dengan kecepatan mejikuhibiniu. Bayang-bayang manusia tertawa. Sebuah parade truk. Pargoy merayap dalam tubuh. Agustus, kita menari di kepalaku. Menyusun langkah yang melarikan diri ke jalanan. Malam memecah sepi di antara tiang bendera dan kabel listrik.

 

Agustus, kita menari di kepalaku. Lalu lintas yang macet. Pargoy merayap dalam tubuh sepanjang malam. Dan ledakan suara ribuan watt tak pernah selesai bercerita. Apakah kemerdekaan sudah merdeka?

 

Muncar, 2024

 

31/03/2024

CUACA SIDOARJO

 

ilustrasi dari AI


Masuk – Keluar di Stasiun Rogojampi

 
aku dengan koper
masuk - keluar di stasiun Rogojampi 
bayangan berloncatan dari tiket kereta
ke Sidoarjo 
        : menghitung keberangkatan
dan kepulangan
sejak pagi dan kembali pagi
sebelum malam tiba
aku menjumpai diriku
menjadi kursi, jendela kaca, ac,
koper-koper, gadget yang nyala, 
dan orang-orang ngobrol
di dalam gerbong
 
bagaimana cara mengetik
atau mengetuk puisi di gadget? 
 
jika suara kereta terus menjerit 
suara-suara kolonial
yang terus hidup di sepanjang rangkaian rel
dari stasiun ke stasiun 
sedangkan mitos masa depan
bersembunyi di dalam topiku
        : menghitung kemungkinan
dari kemungkinan
yang tidak mungkin 
 
bolehkah aku ngopi dan ngudut
sambil manggut-manggut
mendengarkan lagu dangdut? 
 

Banyuwangi - Sidoarjo, 24 Maret 2024


Selamat Siang Sidoarjo

 
Cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
biarkan saja matahari
di atas kepala
dan kereta selalu berhenti
di stasiun 
 
apakah ada hotel yang menyediakan aku? 
 
aku tiba di stasiun 
sebelum ke hotel 
temanku memesan ojek online 
yang akan menerjemahkan 
jarak stasiun ke hotel
berputar-putar
di bawah flyover polusi udara
hari Minggu yang tetap merayap 
intervensi silsilah Porong
dan buruh pabrik
 
aku tiba di hotel
cuaca di Sidoarjo
membuat aku ingin ngopi
 
apakah hotel juga menyediakan lumpur lapindo? 
 
 
Sidoarjo, 24 Maret 2024


Orientasi Aku Tentang Aku


Panggilan aku tentang aku
jatuh ke seorang aku
aku dulu pernah bicara kepada aku
suatu saat akan ada sinar bukan cahaya
menghampiri aku yang aku
mesti tidak tepat waktu
adalah pada waktu yang tepat
 
tunggu dan jangan menyerah
aku tidak akan meninggalkan aku

 
sebelum aku
aku setelah aku 
aku sekarang aku
aku besok aku
aku lusa aku
aku dan seterusnya aku
 
adalah mendefinisikan aku
bukan pasar malam yang terus begadang
bukan hujan malam-malam yang tidak lapar
bukan wifi yang memanjat dinding 
bukan kamar 8828 yang memesan cuaca
bukan ac yang tidak merokok 
bukan kran air yang tidak mengalir
bukan cangkir yang tidak ngopi 
 
jadi dapat disimpulkan
jangan melihat aku sekarang
bahwa aku tidak bisa duduk di closset duduk

 

Sidoarjo, 25 Maret 2024


Kemana Kopi Kapal Api di Hotel


Setelah tiba di hotel bukan di bandara.
        Setelah menulis dan mengumpulkan biodata bukan puisi.
Setelah kunci kamar diambil temanku bukan tetanggaku.
        Setelah masuk ke kamar bukan ke minimarket.
Setelah mandi bukan menyapu lantai.
        Setelah ganti pakaian bukan telanjang.
Setelah berkumpul di ballroom bukan di warung kopi.
        Setelah berbuka puasa bukan ngopi.
Setelah kenyang bukan lapar.
        Setelah menghisap rokok bukan asap pabrik dan kendaraan.
Setelah kembali lagi ke kamar bukan ke lobby hotel.
        Setelah malam tambah malam bukan tambah pagi.
Setelah makan bakso kikil bukan nasi pecel.
        Setelah ngobrol dengan teman bukan satpam hotel.
Setelah menghisap rokok lagi bukan asap pabrik dan kendaraan lagi.
        Setelah tidur bukan bangun.
Setelah bangun bukan tidur.
        Setelah tidak sahur bukan tidak makan. 
 
water heater, kemana kopi kapal api di hotel? 
 

Sidoarjo, 25 Maret 2024 


Menjahit dalam Kontrak Kerja di Hotel


Silakan duduk
tapi duduk tidak menyediakan kopi
menahan kantuk
dan kurang tidur tambah tidur

silakan makan
tapi makan tidak menyediakan rokok
tapi silakan meminum puisi
dan kata-kata mondar-mandir
naik turun lift
naik turun tangga

silakan mandi
tapi mandi tidak menyediakan gayung
tidak ada bak mandi
silakan membayangkan sabun
dan cermin menjahit baju dinas
dalam kontrak kerja

jika kontrak kerja masih berlanjut
hubungi teller bank terdekat


Sidoarjo, 26 Maret 2024


Puisi Sebelum dan Setelah


mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau

ketika orang-orang berlari 
aku masih merangkak
dari tujuh musim memasak nasib di kampus
puisi-puisi terlipat dalam selembar kertas
jauh di bawah cumlaude

mereka selalu melihatku
dari bayangan orang-orang berlari
aku terus merangkak
dengan puisi-puisi yang berkarat

ketika orang-orang berlari
aku masih berjalan
ketika orang-orang berlari
aku juga berlari
ketika orang-orang berlari
aku juga masih berlari
mereka hanya melihatku ketika berlari

ketika orang-orang berlari
siapa yang bisa menafsir puisi
apakah orang-orang masih berlari
menjadi apa
apa menjadi
kita tidak pernah tahu
puisi punya nasib masing-masing

ketika aku dan orang-orang berlari
mereka masih melihatku
dari bayangan orang-orang
yang selalu berlari itu

mau jadi apa
mau apa jadi
jadi apa mau
jadi mau apa
apa mau jadi
apa jadi mau

puisi sebelum dan setelah


Sidoarjo-Banyuwangi, 27-28 Maret 2024

 



07/03/2024

PREPOSISI


ilustrasi AI

Insomnia Dua Bola Mata

 

                seorang lelaki

                seorang perempuan

                telah berhasil

                mengumpulkan kita

                sebelum azan subuh

                untuk mempersiapkan

                pertanyaan - jawaban

                yang terlalu tergesa-gesa

                dan dipaksakan

 

setelah azan subuh

kepalaku masih dua bola mata

mondar-mandir di depan laptop

menggerayangi bayangan kurikulum merdeka

yang berserakan di halaman microsoft word

 

segelas kopi sudah dingin

dan tiga batang rokok

tidur di ruang depan

 

kali ini aku tidak memutar kipas angin

atau di rumahku tidak ada ac 

seperti kata istriku

hari-hari selalu dikejar program

percepatan digitalisasi

kenaikan gaji 8%

dengan makan siang gratis

simulasi hasil pemilu

pada platform merdeka mengajar

 

                tumpukan berkas bullying

                ramai di pasar pemberitaan

                murid kencing berlari

                guru terkencing-kencing

                dan dikencingi

                sekolah tempat kampanye

                memasak telur mata sapi

                melirik ke kanan

                melirik ke kiri

 

halo, apakah petani sudah cuci muka

dan gosok gigi

sebelum mengantre beras bansos?

jangan protes, petani adalah pemuisi

yang membacakan pupuk subsidi

di sawah-sawah gagal panen

 

harga sembako selalu melonjak

ke langit tanpa langit-langit

menjemput bulan puasa

sebuah endemi tahunan

yang tidak bisa dihindari

halo, bagaimana kabar THR?

aku bosan membayangkan

wajahnya yang menguap

di lubang jalan musim hujan

 

                ayo kita masukkan

                butir-butir hantu

                ke dalam aplikasi analisis

                yang semrawut

                kemungkinan diterima

                kemungkinan ditolak

                pidato seorang lelaki

                pidato seorang perempuan

                memegang mikrofon

 

setelah azan subuh

kepalaku masih dua bola mata

yang beranjak dari laptop

menghabisi segelas kopi dingin

kemudian menyusul istri

dan kedua anakku

menyelesaikan mimpi

maaf aku lupa download

 

Muncar, 7 Maret 2024


 

02/12/2023

PUISI KE YOGYAKARTA

 


Ke Yogyakarta

 

Aku datang ke Yogyakarta

mengendarai google

dengan kecepatan 72 Mbps

tiba di angkringan sejarah wikipedia

aku memesan teh tubruk

dan tempe bacem kesukaan nenekku

kemudian, aku melanjutkan perjalanan

melalui kanal youtube

mencari alamat leluhur

yang konon melahirkan kakekku

o, aku datang ke Yogyakarta

tanpa menemukan siapapun

kecuali darah keturunan dari bapakku

 

Muncar, 2023


Daerah Insomia Yogyakarta

 

Puisi saling berjejal

di sebuah persimpangan gaya bahasa

antara realitas dan harapan seorang penyair

yang tak pernah tidur

meski hujan terus menikam

dalam segelas wedang jahe

 

Seorang penyair menjajakan diksi

kepada cafe dan mall

dengan kepala yang sibuk

dan khusyuk

tetapi para pelancong

bebas keluar-masuk

menonton nasib dari layar ponsel

 

Muncar, 2023

 


28/11/2023

SEORANG GURU (PUISI HARI GURU NASIONAL 2023)

 



Reposisi Ibu-Guru di 5.0

 

Ibu-guru masuk ke kebun-kebun

dalam kebun yang tak terbatas

(anak-anak gigil mengendarai ponsel

pada lalu lintas hujan informasi)

mesin-mesin kasih sayang

berdengung di mata

ibu-guru berselancar

klik download

ayam goreng, seragam sekolah

retribusi paketan data tiap bulan

ayat-ayat AI refrensi instan

membaca mata pelajaran

juga ibu-guru yang kesepian

memasak lubang di kepala

copy paste otak

rumah adalah rahim dan itik

yang terseger ke lautan digital

 

Muncar, 2023



Laboratorium Sarji


Seorang Sarji

berdiri di sudut laboratorium

merangkai momentum

sinus, cosinus, tangen

tiga puluh lima tahun

dari pecahan elektron dan neutron

sebuah inti atom pengabdian

gerak relativitas pendidikan

percepatan kecepatan

menuntun ruang waktu

langkah anak-anak

pada sumbu x dan y

menggambar besaran vektor mimpi

relativitas harapan-tujuan

hidup adalah gelombang elektromagnetik

nasib dan takdir reruntuhan gravitasi

membangun galaksi

mekanika logika pikir

seseorang yang waras

menganggap dirinya gila

lanskap optika masa depan

dari terhingga ke tak terhingga

algoritma terpecahkan

mengumpulkan kopor

mengemasi kalkulus

di tubuhnya yang purna

 

Muncar, 2023



Masih di Kelas yang Sama
: XI IPS 3

 

Anak-anak masuk ke kelas

dari rahim tutor pedagogis

membikin jarak dari saudaranya

sebab kelas menjadi tempat pementasan

naskah drama dan monolog sosiologi

sila cairkan identitas ini

ke jendela tanpa kaca

bintang-bintang masih tersesat

di laci bangku

ayah dan ibu menitipkan keringat

dengan kemarau

yang selalu mimpi di tidur pagi

            siapa yang bertanggungjawab

            atas sejarah telenovela?

riwayat yang tak terurai oleh geografi

atau tata keuangan dalam buku ekonomi

anak-anak masuk ke wc

dari permainan ponsel

dan ini bukan sekadar lagu viral

yang ambyar

atau tutorial joged versi tiktok

sebatang lampu redup

menu sarapan

yang selalu dihidangkan

datang terlambat

ke kelas tanpa kipas angin

 

Muncar, 2023

 


27/11/2023

MERAYAKAN PERTEMUAN: LIMA TAHUN PERJALANAN SELAPANAN SASTRA

 


Merayakan Pertemuan
: Lima Tahun Perjalanan Selapanan Sastra


Di bawah cahaya matahari dan rembulan yang melipat waktu. Di antara samudra rindu yang tak terkekang. Pada tanggal 25 November tahun 2023 ini, kita Merayakan Pertemuan: Lima Tahun Perjalanan Selapanan Sastra. Bagai panggung tak pernah berhenti menari. Sastra adalah gerakan-gerakan ruang tak terbendung, menjalin kata-kata, melingkar dalam suatu gelombang.  Kata yang hadir di udara menjadi resonansi di ruang ingatan, merentangkan jembatan kreativitas, dan menunjukkan bahwa sastra selalu beriringan dengan takdir manusia dan sejarah zaman. Melalui klakson kekerasan hidup, sastra menawarkan refleksi tentang identitas tanpa penentuan, tentang gerak dalam keterbatasan, dan tentang pertanyaan yang terlalu dalam untuk membebani. Sastra mengajak kita melintasi arus sungai yang bergulir dari zaman ke zaman dengan ritsleting kegelisahan di bibirnya. Mengikat masa lalu dan masa depan dalam satu konvergensi tak terlupakan. Bersama sastra, kita menemukan jalan menuju pemahaman dan tempat untuk berdiam diri di kebisuan. Sastra memeluk kita dalam relung keinginan, membuka pintu imajinasi yang belum terjamah, dan membimbing kita memasuki dunia tanpa batas. Memahami bahwa dalam kerapuhan sebuah kalimat terdapat kekuatan yang tak terbendung. Sastra menghidupkan mimpi-mimpi, menanam benih-benih kepudaran dalam lubang-lubang kehampaan. Lima tahun perjalanan ini, merupakan waktu yang tak terhentikan, bait-bait puisi yang saling memanggil, dan desis harapan yang tersusup dalam nafas kehidupan. Lewat perjumpaan dengan sastra kita menjadi saksi bagaimana waktu begitu lembut mengurai luka dalam perjalanan hidup. Di antara kata dan duka untuk mengingatkan bahwa di mana-mana ada sastra yang menunggu kita. Dalam kerangka ini, saat kita memasuki masa depan yang belum tertuliskan, mari kita biarkan sastra mengusung kita dalam segala bentuk yang takkan hilang. Sastra tumbuh di dedaunan waktu, di sungai tak terbendung, dan melintasi lembah tak terjangkau. Mari kita sapa untuk Merayakan Pertemuan: Lima Tahun Perjalanan Selapanan Sastra.
 
Muncar, 2023

 

Di Kamar yang Hujan
: untuk dua kawan kami yang berpulang

 

Setelah beberapa kemarin
menahan lelah tubuhmu
akhirnya kau menyerah
kepada pulang
di sebuah kamar yang hujan
rangkaian bunga
iringan doa dan langkah kaki
mengantarkanmu ke tidur panjang
tidak ada lagi sakit
tidak ada lagi keluh kesah
tentang luka nganga
tentang mimpi dan harapan
selamat menempuh hidup baru
di sebuah kamar yang hujan
 
Muncar, 2023



29/10/2023

REKAMAN PERJALANAN YOGYAKARTA



PARGOY


Bergoyang di dalam bus

dengan musik jedak-jeduk

dan lampu disko yang berputar-putar

 

seperti kepala renta

meminta sepotong rembulan

dari mabuk perjalanan

 

kita menyantap sepiring nasi campur

tengah malam

sebelum memasuki tol mimpi

yang mulus menuju dengkuran kuda

 

Oktober, 2023



PROTES SARAPAN

 

Kemudian kita tiba

di sebuah rumah makan

meski pagi masih mengandung gelap

 

kemudian kita menumpang mandi

dan gosok gigi

membersihkan sisa serapah

yang menyelilit di sudut kepala

 

kemudian kita mencari

segelas kopi yang bersembunyi

di warung 24 jam

yang tidak tidur menunggu kita

 

kemudian menu sarapan datang

memanggil kita untuk melayangkan protes

tentang bak mandi

dan ayam mati yang nangkring di atas nasi


Oktober, 2023


DI BAWAH POHON JAMBU

 

Seorang Thales dari Miletos

duduk di bawah pohon jambu

menghitung bunga-bunga yang rontok

pada rambut anak-anak

pertanyaan

jawaban

perspektif yang sulit untuk dicerna

dengan perut yang dangdutan

tiba-tiba seorang Thales dari Miletos

mengetuk dari balik wikipedia

mengajakku minum kopi

dan menghidup udara intelektual

dalam hitungan jam

 

Oktober, 2023

 


BALE WUKIR

 

Mari-mari bernyanyi bersama

Mari-mari berjoget semua

 

masih dengan lagu dangdut yang ambyar

aku menyawer cuaca panas

sedang bau leluhurku sebatas angan-angan

setelah melewati Jalan Kaliurang

 

seperti rumahku sendiri

aku menelpon Merapi

“piye kabare?”

yang sedang berselimut awan abu-abu

 

Mari-mari bernyanyi bersama

Mari-mari berjoget semua

 

masih dengan lagu dangdut yang ambyar

aku menyawer cuaca panas

batu-batu tetap diam

 

Oktober, 2023

*Lagu Koes Plus



TRANSIT, TANJAKAN, DAN BATU

 

Transit sebentar

menunggu sebelum kita dibawa

menyusuri tanjakan

dan sisa-sisa muntahan batu

di sepanjang jalan

menuju perkampungan

yang telah melarikan diri

dari srudukan wedhus gembel

 

Oktober, 2023



RUMAH INGATAN

 

26 Oktober 2010

pukul lima sore

wedhus gembel

mengetuk pintu

dengan tiba-tiba

lalu pergi

meninggal luka

dan duka

yang nganga

tapi bayangan Maridjan

masih hidup

bersama nyala Merapi

 

Oktober, 2023



MENJELANG MALAM DI SUATU MALIOBORO

 

Menjelang malam

aku kembali lagi ke Malioboro

yang selalu menampung keramaian

kemudian aku menyusuri lapak-lapak

pedagang menjajakan nasib ke pembeli

mendengar pengamen

menyanyikan lagu yang sepi

memotret diriku sendiri

hingga malam tak terasa

menghadirkan teman

membawa bingkisan

untuk dua lelaki puisi

 

Oktober, 2023



WEDANG RONDE

 

Tiga bola mimpi berwarna merah

biji kacang harapan

potongan roti nasib

bertemu dengan kuah jahe

di ceruk mataku

yang menunggu malam

sebelum pulang

ke kamar hotel


Oktober, 2023



PIZZA DI KAMAR 902

 

Malam telah merebah

di langit

tapi kota masih belum tidur

menerima tusukan

tusukan

dari keramaian

juga kesepian

sedangkan

perutku dangdutan

dan sekotak pizza

mengetuk pintu

di kamar 902

sampai pagi

kembali tiba

matahari merangkak

dari celah jendela

aku tak menyentuh

tapi pizza

masih tersisa

beberapa potong

dingin

duduk

di atas meja

 

Oktober, 2023



SARAPAN YANG MACET

 

Selamat pagi, Yogyakarta

setelah malam yang singkat

menemaiku di kamar 902

setelah keramas

setelah gosok gigi

aku berkemas

menuju ruang sarapan

yang macet dengan menu

orang-orang berangkat kerja

anak-anak berangkat ke sekolahan

dan mahasiswa berangkat ke kampus

 

Oktober, 2023

 

KE RUPA

 

Aku menyusun ekspetasi

pada rongga kaleng cat

campuran warna-kata

dengan cetakan

kepala orang-orang

yang diam itu

menyambutku meriah

potongan dewi-dewi retak

yang berhasil

menahan gempa

tetap berdiri

menjaga siang

dari musim kemarau

aku harus menunggu

di bawah pohon

daun-daun ranggas

menjelma pameran lukisan

di dinding gedung

yang dipenuhi sarang laba-laba

sebelum masuk

ke ruangmu

pada lantai tiga

 

Oktober, 2023



RARA JONGGRANG

 

Rembulan meletus, Rara

malam dipotong

nyanyian lesung

dari para dayang

ini puisi kutukan

atau karma

karena cinta

ditepuk sebelah dada

maka batu-batu

membungkus tubuhmu

ke dalam cerita rakyat

yang melintasi zaman

dan diamini

oleh sejarah

menarilah, Rara

dalam reruntuhan

batu-batu nasib

yang berserakan

di Taman Prambanan

 

Oktober, 2023

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...