ilustrasi AI
REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN
untuk Nadira Andalibtha
Sekumpulan
puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yang menyeduh segelas kopi. Duduk
dengan kursi. Orang-orang juga ikut bicara. Suara tertangkap senja. Seorang
bayi telah tumbuh di garis piatu. Memutar ingatannya dalam film remaja.
algoritma
rindu
adalah
memulangkan
kepergian
yang
tak
bisa
diterjemahkan
dengan
kacamata
dan
ponsel
Seorang
bayi mendownload kalender. Mengulang kelahiran. Angka-angka berjatuhan dua
puluh dua tahun. Sekumpulan puisi sedang asyik menghimpun bahasa. Orang-orang
juga ikut bicara. Ini bukan pengadilan. Perjalanan bahasa masih harus ditempuh
lagi.
Muncar,
2024
ES
KRIM COKELAT
ayah
mama
kakak
mau beli
es
krim cokelat
hmmm,
enak
adik
juga mau beli
es
krim cokelat
itu
jerapah melompat
dari
atas TV
awas
hantu
mata
biru
di
sana
aku
takut
kakak
dan adik
gak
mau dijiwit
mama
nakal
lihat
HP terus
ayah
kok minum kopi
kakak
dan adik
gak
boleh minta
pesawat
belum lewat
kakak
dan adik
maem
bubur
es
krim cokelatnya habis
beli
lagi, yah
beli
lagi, ma
kakak
dan adik
minta
uang
kakak
dan adik
gak
nakal
Muncar,
2024
LEKUK
TUBUH AGUSTUS
Agustus
bergetar menggoyangkan lekuk tubuhnya. Merayakan laki-laki dan perempuan. Tua
dan muda. Kita adalah ledakan suara ribuan watt. Kita adalah gelombang bass
dan treble. Menampar dinding-dinding rumah. Menembus ke pori-pori
jendela yang basah oleh keringat.
Sorot
lampu disko dengan kecepatan mejikuhibiniu. Bayang-bayang manusia tertawa. Sebuah
parade truk. Pargoy merayap dalam tubuh. Agustus, kita menari di kepalaku. Menyusun
langkah yang melarikan diri ke jalanan. Malam memecah sepi di antara tiang
bendera dan kabel listrik.
Agustus,
kita menari di kepalaku. Lalu lintas yang macet. Pargoy merayap dalam tubuh
sepanjang malam. Dan ledakan suara ribuan watt tak pernah selesai
bercerita. Apakah kemerdekaan sudah merdeka?
Muncar,
2024