05/03/2020

YANG DINANTI



YANG DINANTI

Resah mengalir menjadi sungai-sungai
ke dada perempuan
membaca isyarat
daun-daun sunyi melambai
kekosongan adalah gerak tak terduga
kesabaran melahirkan keciscayaan

Dada perempuan tempat mengiris tangis
diam dan dalam
siapa yang menyampaikan doa
permintaan yang tak diucapkan
selalu muncul sebuah pertanyaan
"apakah derita sudah reda"

Waktu juga perjalanan
menempuh derita dan bahagia
berupaya menyelinap
sebagai jawaban yang dinanti
ketika lelah memeluk tubuh gigil

(Muncar, 040320)

01/03/2020

NAMA

Foto Geyandra Tantra


NAMA

Nama yang mengudara
hanya perkara waktu
tak ada yang menjamin
akan terus hidup
hujan dan terik matahari
perlahan melumat
dalam kenangan dan ingatan
Nama dibawa kapal berlayar
menemui alamat pelabuhan
diganti nama lain
dicatat perhitungan
sebuah keberadaan
juga kepergian
daun-daun gugur
melebur
daun-daun tumbuh
melepuh
: apa arti sebuah nama?

(Muncar, 010320)

26/02/2020

MEJA IRONI



MEJA IRONI

Suguhan tak akan habis di meja ironi
ia menari gembira
bernyanyi bersama lelucon kekuasaan
meminum banjir dan limbah pabrik
mengunyah festival sebagai penawar lapar
yang paling mujarab

Sebagian mulut disumpal rapat
pemerkosaan alam adalah kenikmatan
muncrat pada wajah kemiskinan
jalan penuh tambalan seperti celana kolor
minimarket dan hotel tumbuh
seperti jamur di musim hujan

Ia selalu tersenyum di meja ironi
meminum banjir dan limbah pabrik
sambil mengunyah festival
pendidikan tak berdaya
sekarat menghadapi siluman kapitalis
yang bergentayangan di gedung sekolah

Dan orang-orang memunguti butir airmata
memasak kesedihan
kemudian meletakkannya ke lubang dada
tetapi ia selalu tersenyum
tak ingin kehabisan suguhan

(Muncar, 260220)

22/02/2020

AKU INGIN DATANG MALAM ITU


AKU INGIN DATANG MALAM ITU

Daun-daun trembesi berjatuhan
di jalanan basah setelah hujan
bisikan mampir ke telinga
"tak usah kemana-mana
nyeri di tubuhmu belum sembuh"

Aku ingin datang malam itu
malam yang penuh cahaya
menyingkirkan sunyi dan gelap
merayap di atas atap yang miring
orang-orang bernyanyi
tak peduli yang belukar harus dibakar

Hujan kembali menari
bayangan melompat dari sungai
menemui sunyi yang karib
dan setia merawatku melahirkan puisi
yang ditelantarkan keramaian

(Tapanrejo, 220220)

20/02/2020

MENJELANG MUSIM SEBUAH PESTA



MENJELANG MUSIM SEBUAH PESTA

Bising lagu
akan akrab terdengar
dari balik gambar besar
di pinggir jalan
memaksa masuk
ke telinga
berdesakan
mendapatkan jalan
menuju kursi musim
sebuah pesta

Adapun aku
akan menonton saja
gambar besar
di pinggir jalan
badut-badut bernyanyi
memoles wajah
dan pakaian
memotret diri
menghibur kesedihan
di dalam kesedihan

(Muncar, 200220)

19/02/2020

PURNAMA MENUA



PURNAMA MENUA

Purnama telah menua
kau belum mengemas angka-angka
ke dalam saku kemeja
seperti janji yang dulu
tak usah merengek
dan terima saja jika angka-angka
berloncatan ke luar kepala
barangkali hujan bisa menyelamatkan
angka-angka jadi kuyub
kau tangkap lalu kau kemas
ke dalam saku kemeja
membawanya pulang
ke rumah yang menunggumu datang

(Tapanrejo, 190220)

PRAHARA


PRAHARA

Mereka sangat piawai duduk
di perjamuan surga
menghisap cerutu
menikmati segelas anggur
makan malam dengan daging manusia

sedang kami hanya mewarisi
bukit yang digali terus digali
hingga menembus neraka

Mereka bercanda dengan nasib
kami menerima bencana
sebagai luka derita
mulut dibungkam dan nyawa kami
seharga nasi bungkus lima ribuan

lampu-lampu menyala di atas kepala mereka
kami terkapar tanpa suara

(Muncar, 190220)

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...