01/06/2020

RIWAYAT LEMON TEA



RIWAYAT LEMON TEA

Angin menyandar pada malam yang tak bisa luntur oleh lampu-lampu. Rembulan bundar. Berkecipak pada segelas lemon tea. Aku tak tahu kemana segelas kopi. Juga asap rokok yang biasa menggenapi percakapan sepi.

Sekelebat bayanganku tiba-tiba muncul dari kertas lusuh. Puisi-puisi berkeringat. Menuliskan riwayat. Namun segelas lemon tea tetap hangat. O, perkenalan. Hujan. Angin. Malam. Memperluas persimpangan.

Segelas lemon tea. Tumpah pada dadamu. Ditumbuhi lumut-lumut harapan. Ciuman cuma batu-batu bibir. Mungkin hantu-hantu pada matamu yang sangsi. Di situ aku menemukan diriku yang lain. Puisi-puisi berkeringat. Membawaku kepada malam ini.

(Muncar, 010620)

25/05/2020

BERKARAT


BERKARAT

Dengan sepatu tua. Ia menyusuri pantai. Desir kembali membawa gelombang. Rembulan tembaga. Disepuhnya butiran pasir legam. Jejak melubangi waktu.

Burung-burung camar di sekitar udara. Mendengar. Menyaksikan dentang yang berkaitan. Mungkin berbisik. Memukul batu karang. 

Pecah berulang.

Ia lantas mengingat. Menghitung disepuhnya butiran pasir legam. Menyalakan rembulan tembaga. 

Dengan sepatu tua. Ia berdiri. Meski terbata-bata. Juga membaca cuaca. Percaya lagi kepada nasib.

Berkarat. 

(Muncar, 250520)
Poto Pinterest

23/05/2020

KUE DAN ORSON UNTUK LEBARAN


KUE DAN ORSON UNTUK LEBARAN 

Pekik takbir lindap di penghujung ramadhan. Ketakutan. Kecemasan. Meleleh pada lekuk wajah seorang ibu. Sebab jarak kini menjadi hantu. Rumah tua. Cat dinding mengelupas. Jendela berkarat. Selambu lusuh. Pintu yang berdebu.

Apakah ada yang akan mengetuk.

Tiada lebaran yang lebih tabah dari seorang ibu. Baju lebaran hanya sebuah mitos. Harapan adalah toples berisi kue dan ssbotol orson yang mengisi meja. Memasak opor ayam. Menunggu anak cucu. Membasuh khilaf hari-hari yang menumpuk.

Lebaran, apakah rembulan masih di atas kuburan.

(Kedunggebang, 230520)
Foto dari Pinterest

11/05/2020

BEBIJI MIMPI


BEBIJI MIMPI

Di jalan itu. Kita tanam bebiji mimpi. Bulan meleleh. Pada trotoar matamu. Tebing-tebing tumbuh curam. Biru di langit mewariskan kesumat.

Malam berbicara. Memperingatkan kita bagai klakson kendaraan tua.

Burung melepaskan bulu-bulu waktu. Pada sayapnya. Batu-batu tak pecah. Tak bergerak. Kecuali kita ajak menuju peristiwa. Roda terus menggelinding. Membagi penerimaan. Penolakan.

Hantu-hantu dalam buntalan ketakutan terus bernyanyi. Membisik di telinga.

Tetapi kita harus bergegas. Menanggalkan pakaian kita. Sama telanjang. Di jalan itu. Memanen bebiji mimpi yang kita tanam.

(Muncar, 110520)

09/05/2020

IA BERPUISI



Ia Berpuisi

Ia berpuisi. Siapa yang akan membaca dan mendengarya. Pertanyaan menggelembung. Tenggelam dalam sunyinya. Keramaian menawarkan secawan anggur. Setiap teguk bagaikan jawaban. Menunaikan dahaga. Kegamangan itu menggodanya untuk jatuh cinta. Bukan seorang perempuan. Sedangkan peristiwa demi peristiwa. Gaduh dalam diri. Keinginan memang sulit diterjemahkan. Tak semua mampu memahami. Keasingan bersekutu ke seluk jiwanya. Mampus. 

(Muncar, 090520)

06/05/2020

PERJALANAN SERIBU KOTA


Perjalanan Seribu Kota

Pencarian ke seribu kota. Perjalanan sampai pada lelah. Kemarau. Tiba-tiba disambut hujan airmata. Membasuh luka yang sering kau nyanyikan. Di stasiun, terminal, dan pelabuhan.

Kau menuliskan sepucuk surat rindu. Kenangan yang akan selalu kekal di taman asmara. Pertanyaan kepada seribu hati. Siapa sebenarnya yang kau nanti.

Rahasia janji-janji penantian. Waktu menafsirkan lain. Pecah. Hanya kau yang mampu menjawab sendiri. Menyanyi dalam sepi. Da dada sayang. Pulanglah. Selamat jalan. 

(Muncar, 060520)
Poto Pinterest

04/05/2020

SEBUAH PERTEMUAN DENGAN TEMAN



Sebuah Pertemuan dengan Teman


Aku tak melihatnya menghisap sebatang rokok pun. Tetapi percakapan tetap meluncur dari bibir kami. Percakapan yang menyeret ke sebuah ingatan gedung biru di kota itu. 

Bunga dan daun gugur di jalan. Matahari ssbentuk lampu kota. Dan kami adalah sisa-sisa puisi. 

Memang, malam begitu karib. Bangku warung kopi selalu memanggil. Sekadar mendengar derita yang baka bagi kesedihan yang patut untuk kami tertawakan.


(Muncar, 040520)

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...