20/07/2021

TEROR KEMATIAN

TEROR KEMATIAN

Juli, teror kematian memuncak
hari-hari diciptakan cemas dan panik 
jangan keluar rumah
jangan berkerumum
malaikat sedang membawa senapan
awas ada peluru nyasar

android dan televisi
merancang tata bahasa
lampu-lampu dimatikan
jalanan gelap jalanan disekat
perut warung dilarang lapar

kita berada berada di titik jauh dengan tetangga

di rumahnya sendiri
orang-orang isoman merawat lapar
sesak nafas
dan mimpi buruk setiap malam

Juli, teror kematian memuncak
istilah-istilah keluar kamus
anoksia - anosmia - aphelion
nakes - prokes 
orang-orang takut ke puskesmas
rumah sakit belum sembuh 

negara juga sedang sekarat membayar utang
menjadi tukang obat dan vaksin

di manakah Tuhan berada

ke tempat ibadah, ke sekolah, ke pasar
memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan
dan mengoleskan handsanitizer
jangan bikin hajatan
mengapa tenaga kerja asing
buang hajat di negara kita

Juli, teror kematian memuncak
mayat-mayat membeli peti 
dan menyewa ambulans
diusung astronaut menuju ke bulan 

Kedunggebang, 2021
Ilustrasi E. P. Albatiruna 

10/07/2021

MEMBACA MALAM INI

MEMBACA MALAM INI


Membaca malam ini, membaca hujan
malam - hujan
lampu-lampu tersesat oleh kebijakan
jalanan sedang gelap
aku menulis diriku dan secangkir kopi
aku tidak siapa-siapa
wajib memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak
sepotong peraturan
tapi hari-hari muram
masih menulis patroli kematian
bukankah dua dosis vaksin
telah menjalar ke seluruh rindu
pertemuan tanpa curiga
kita minum kopi
sambil untuk tidak mempertanyakan
kebijakan dan peraturan
yang hanya selebar celana kolor


(Muncar, 2021)

02/07/2021

KEDUNGGEBANG


KEDUNGGEBANG
: dalam catatan ingatan


Wajahmu peta yang kusut
adalah hamparan rawa dan hutan Bangeran

siapakah yang membuka pintu?

Setail bergeser dari muara
banjir senin legi juga mengubur palung dan sumur
di antara keramaian kampung yang tinggal nama

apakah kita akan tetap merawat-meruwat
pagar di empat sudut?

Jika beringin telah tumbang
dan malam kehilangan kaki

Tiga bendungan merenungi nasib
mitos kematian menyelinap dalam mimpi

Tanggulasri menjemur sejarahnya di luar kepala
kemarilah, maka akan kubisiki

tembang Marinem tak lagi terdengar
semenjak kita sibuk mengaji dangdut

Wajahmu peta yang kusut
adalah hamparan rawa dan hutan Bangeran

siapakah yang membuka pintu?
tempat kita semakin asing dari kita sendiri


Muncar, 2021

ARSIP KALIMORO


ARSIP KALIMORO


Di suatu senja membaca
lumut-lumut sejarah dari sungai menghitam
ditampung muara
pertemuan tak ada pekerjaan
anak pantai gelisah menggali arsip-arsip batu

/ sebuah nama terhapus dari peta dada /

Anak pantai mewarnai gambar dirinya dengan rasi bintang
sebelum suara mesin perahu berseru
berangkat mengaji ke laut
tetapi musim tidak bisa ditebak

/ siapa yang melahirkan nelayan /

rahim muram mencatat kawin - cerai
gang-gang sempit ditumbuhi jemuran putus sekolah
kita duduk minum kopi, sebotol oplosan
membicarakan tentangga yang mencari hutangan

Di suatu senja membaca
apakah kita masih mengenakan kepala
ikan berenang di air mata limbah dari pipa siluman
bersama hantu-hantu plastik

/ ke mana sisa matahari dan rembulan /

jika anak pantai menulis puisi pada ombak
menabuh gelombang pasang
pada mimpi laut yang menatap harapan


(Muncar, 2021) 

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...