23/05/2020

KUE DAN ORSON UNTUK LEBARAN


KUE DAN ORSON UNTUK LEBARAN 

Pekik takbir lindap di penghujung ramadhan. Ketakutan. Kecemasan. Meleleh pada lekuk wajah seorang ibu. Sebab jarak kini menjadi hantu. Rumah tua. Cat dinding mengelupas. Jendela berkarat. Selambu lusuh. Pintu yang berdebu.

Apakah ada yang akan mengetuk.

Tiada lebaran yang lebih tabah dari seorang ibu. Baju lebaran hanya sebuah mitos. Harapan adalah toples berisi kue dan ssbotol orson yang mengisi meja. Memasak opor ayam. Menunggu anak cucu. Membasuh khilaf hari-hari yang menumpuk.

Lebaran, apakah rembulan masih di atas kuburan.

(Kedunggebang, 230520)
Foto dari Pinterest

11/05/2020

BEBIJI MIMPI


BEBIJI MIMPI

Di jalan itu. Kita tanam bebiji mimpi. Bulan meleleh. Pada trotoar matamu. Tebing-tebing tumbuh curam. Biru di langit mewariskan kesumat.

Malam berbicara. Memperingatkan kita bagai klakson kendaraan tua.

Burung melepaskan bulu-bulu waktu. Pada sayapnya. Batu-batu tak pecah. Tak bergerak. Kecuali kita ajak menuju peristiwa. Roda terus menggelinding. Membagi penerimaan. Penolakan.

Hantu-hantu dalam buntalan ketakutan terus bernyanyi. Membisik di telinga.

Tetapi kita harus bergegas. Menanggalkan pakaian kita. Sama telanjang. Di jalan itu. Memanen bebiji mimpi yang kita tanam.

(Muncar, 110520)

09/05/2020

IA BERPUISI



Ia Berpuisi

Ia berpuisi. Siapa yang akan membaca dan mendengarya. Pertanyaan menggelembung. Tenggelam dalam sunyinya. Keramaian menawarkan secawan anggur. Setiap teguk bagaikan jawaban. Menunaikan dahaga. Kegamangan itu menggodanya untuk jatuh cinta. Bukan seorang perempuan. Sedangkan peristiwa demi peristiwa. Gaduh dalam diri. Keinginan memang sulit diterjemahkan. Tak semua mampu memahami. Keasingan bersekutu ke seluk jiwanya. Mampus. 

(Muncar, 090520)

06/05/2020

PERJALANAN SERIBU KOTA


Perjalanan Seribu Kota

Pencarian ke seribu kota. Perjalanan sampai pada lelah. Kemarau. Tiba-tiba disambut hujan airmata. Membasuh luka yang sering kau nyanyikan. Di stasiun, terminal, dan pelabuhan.

Kau menuliskan sepucuk surat rindu. Kenangan yang akan selalu kekal di taman asmara. Pertanyaan kepada seribu hati. Siapa sebenarnya yang kau nanti.

Rahasia janji-janji penantian. Waktu menafsirkan lain. Pecah. Hanya kau yang mampu menjawab sendiri. Menyanyi dalam sepi. Da dada sayang. Pulanglah. Selamat jalan. 

(Muncar, 060520)
Poto Pinterest

04/05/2020

SEBUAH PERTEMUAN DENGAN TEMAN



Sebuah Pertemuan dengan Teman


Aku tak melihatnya menghisap sebatang rokok pun. Tetapi percakapan tetap meluncur dari bibir kami. Percakapan yang menyeret ke sebuah ingatan gedung biru di kota itu. 

Bunga dan daun gugur di jalan. Matahari ssbentuk lampu kota. Dan kami adalah sisa-sisa puisi. 

Memang, malam begitu karib. Bangku warung kopi selalu memanggil. Sekadar mendengar derita yang baka bagi kesedihan yang patut untuk kami tertawakan.


(Muncar, 040520)

02/05/2020

MEMPERINGATI MEI


Memperingati Mei


1/
Butir-butir keringat menguap. Katanya ada surga yang akan menampung. Menjadi sungai susu. Di dunia, orang-orang adalah robot. Lehernya dicekik upah. Seorang penyair berbicara keadilan. Mati tersumpal kebutuhan. Terkubur di makam puisi. 

2/
Kemudian, retorika pendidikan menawarkan harapan. Jaminan masa depan. Matahari akan terbit dari kepala. Setelah mengunyah buku-buku. Anak-anak malah terasing dari gedung sekolahan. Perutnya kenyang mencerna realitas kehidupan.


(Muncar, 020520)

26/04/2020

BERINGSUT


Beringsut


Mataku terjaga. Beringsut ke dalam akuarium. Aku melihat seorang bayi laki-laki tersenyum. Seperti memanggilku bapak.

Tiba-tiba lampu mati.

Aku terlempar ke sebuah gelap. Kemudian meminjam pisau istriku untuk memecah sunyi. Menyingkirkan kecemasan yang selalu membuncah di kepala.

Musim ini masih asing

yang ditunggu belum tiba lagi. Aku terlempar ke sebuah gelap. Dalam semakin dalam. Dan istriku memanggil panggil namaku.


(Muncar, 260420)

PESAN GURU KEPADA GURU

ilustrasi AI   Pesan Guru Kepada Muridnya   Kurikulum adalah teka-teki silang tanpa petunjuk, menyisakan k elas dengan kursi yang pincang d...