31/12/2021

CATATAN TOILET


CATATAN TOILET
: kota mulut - mulut saja


Panjang umur, luka!
kota mulut - mulut saja
menjilatinya dengan pesta
menghitung dua ratus lima puluh tahun
peperangan di dalam toilet
bahasa yang berlendir
diketik pada tissue basah
lalu mencuci tangan
dan meneguk anggur kebudayaan
bau lembab investasi
memerkosa gunung, hutan, sawah, dan laut
ke lubang bencana
kami disibukkan dengan diskusi
dan manifestasi identitas
yang tak pernah cair
hegemoni pemberitaan
menyayat pelosok tubuh kami
bertambah luka
panjang umur, luka!
kota dan pesta
galeri gatal – gatal
memenuhi trotoar jalan
pertunjukan celana dalam
hal lumrah di setiap anggaran
kota mulut – mulut saja
dengan bau karbol yang menyengat
lumut – lumut tumbuh lebat
pada gayung dan bak air
panjang umur, luka!

Muncar, 2021

12/11/2021

BEGADANG

Begadang


Ini bukan tentang lagu dangdut
oh, menunggu Godot
atau Calixta dan Alcee
bercinta ketika badai 

tapi ini jam malam
terjatuh di bawah kursi
menyeduh dua botol susu
bau ompol minta ganti popok

maaf, aku sedang mengantuk
tangis berderit memanggil istriku

anakku yang lelaki
tidak sedang belajar
menyanyi ninabobo
jam malam
hujan
sisa hujan
berdansa dalam emban

matikan lampu 
ayo, lekas tidur
besok kita harus bangun pagi
melanjutkan tulisan-tulisan
yang belum terselesaikan 

ini bukan tentang lagu dangdut
karena sekarang jam malam
terjatuh di bawah kursi

jangan mencari Peggy
yang menuang kopi
dan menyambar sepotong donat


Muncar, 2021

31/10/2021

TÊLU


Têlu

1/
kita menjahit bayang-bayang
ke sebuah desa asing
seperti namaku lahir kembali
menjadi puisi
lantas kita menampung hujan
dan kemarau dengan dada kita

2/
masing-masing dari kita adalah peristiwa
yang pulang ke rumah
menata jahitan bayang-bayang
pada lemari tua
pohon-pohon sampai ke kepala

3/
kita sebuah rumah
kelak kita tetap berada di situ
menyeduh luka-cinta
segelas pertemuan
atas pertemuan yang mengelupas
dari angka-angka di kalender

Muncar, 2021

03/10/2021

RUANG DI TANGGAL 23 SEPTEMBER 2021

RUANG DI TANGGAL 23 SEPTEMBER 2021 


Kita menghadiri kota itu
dan hujan menyambut sebelum pagi
ruang di tanggal 23 September 2021
dua puisi lelaki purna
dari rahim semesta
jam di handphone 05.30 dan 05.32 wib
tangis menjahit dadaku
bahagia yang sedih
sedih yang bahagia
sekarang aku memerankan ayah 
istriku memerankan ibu
juga mempertaruhkan robekan nasib
kepada dua puisi lelaki
ruang di tanggal 23 September 2021
menggenapi luka
dari luka yang pernah ada 
selamat datang seperti janjiku
"kelak kita akan menamainya puisi" 


Muncar, 2021

10/09/2021

KARTU PENDAFTARAN

Kartu Pendaftaran

Selembar kartu pendaftaran
belum usai ditampung
pemberitaan lini masa
pada usia yang merangkak
kursi itu entah masih milik siapa
angka menerjemahkan peraturan
tata cara makan siang
sebagai baju seragam

Di moncong kepala yang meledak
antrean huruf membaca nama
mengetuk pintu lampu merah
sepotong dadar rembulan
tetapi tidak belok kiri jalan terus
tidak juga tepat waktu

Selembar kartu pendaftaran
selembar angka
selembar huruf
selembar nama
selembar ingin
selembar alamat
pada waktu yang dapat


Muncar, 2021

21/08/2021

NGOPI DI PASAR SUMBERAYU


NGOPI DI PASAR SUMBERAYU

Di Pasar Sumberayu pukul 14.12
warung menyediakan kopi sachet
aku datang menyapa masa kecil
meski tak tinggal di situ
seperti ada televisi yang menayangkan diriku
menyeberangi jembatan bambu
yang renta dan kriput

Aku lihat aroma bapak
masih melayani pembeli di dalam toko
ibu khusyuk merangkai kancing
di depan mesin jahit
mbah menukar karcis dengan hipertensi
mbok mengikat kangkung
dengan encok dan asam urat
mas sedang ikut pawai sunatan masal

di sore hari bayanganku juga mengaji
iqro yang tak pernah selesai sampai sekarang

Di Pasar Sumberayu pukul 14.12
warung menyediakan rokok
meski tak tinggal di situ
aku bermain ayunan
dari rumah yang tergusur warisan
Di Pasar Sumberayu pukul 14.12
Jayabaya ikut ngopi
sambil meramal "pasar ilang kumandange"

Muncar, 2021 

09/08/2021

SEMESTA /ibu/


SEMESTA
/ibu/


jika punggung adalah ayah
maka ibu adalah semesta 
ruang bercocok tanam bahasa 
tumbuh dalam puisi
yang tak pernah tertulis
menghapus spasi
dalam napas yang cemas

aku minum, ibu

dokumen-dokumen doa
pada etalase nyawa
musim tak pernah memilih
ke mana akan menjadi siapa

aku makan, ibu

detak jantung
sesuap harapan setiap waktu


Muncar, 2021 








20/07/2021

TEROR KEMATIAN

TEROR KEMATIAN

Juli, teror kematian memuncak
hari-hari diciptakan cemas dan panik 
jangan keluar rumah
jangan berkerumum
malaikat sedang membawa senapan
awas ada peluru nyasar

android dan televisi
merancang tata bahasa
lampu-lampu dimatikan
jalanan gelap jalanan disekat
perut warung dilarang lapar

kita berada berada di titik jauh dengan tetangga

di rumahnya sendiri
orang-orang isoman merawat lapar
sesak nafas
dan mimpi buruk setiap malam

Juli, teror kematian memuncak
istilah-istilah keluar kamus
anoksia - anosmia - aphelion
nakes - prokes 
orang-orang takut ke puskesmas
rumah sakit belum sembuh 

negara juga sedang sekarat membayar utang
menjadi tukang obat dan vaksin

di manakah Tuhan berada

ke tempat ibadah, ke sekolah, ke pasar
memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan
dan mengoleskan handsanitizer
jangan bikin hajatan
mengapa tenaga kerja asing
buang hajat di negara kita

Juli, teror kematian memuncak
mayat-mayat membeli peti 
dan menyewa ambulans
diusung astronaut menuju ke bulan 

Kedunggebang, 2021
Ilustrasi E. P. Albatiruna 

10/07/2021

MEMBACA MALAM INI

MEMBACA MALAM INI


Membaca malam ini, membaca hujan
malam - hujan
lampu-lampu tersesat oleh kebijakan
jalanan sedang gelap
aku menulis diriku dan secangkir kopi
aku tidak siapa-siapa
wajib memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak
sepotong peraturan
tapi hari-hari muram
masih menulis patroli kematian
bukankah dua dosis vaksin
telah menjalar ke seluruh rindu
pertemuan tanpa curiga
kita minum kopi
sambil untuk tidak mempertanyakan
kebijakan dan peraturan
yang hanya selebar celana kolor


(Muncar, 2021)

02/07/2021

KEDUNGGEBANG


KEDUNGGEBANG
: dalam catatan ingatan


Wajahmu peta yang kusut
adalah hamparan rawa dan hutan Bangeran

siapakah yang membuka pintu?

Setail bergeser dari muara
banjir senin legi juga mengubur palung dan sumur
di antara keramaian kampung yang tinggal nama

apakah kita akan tetap merawat-meruwat
pagar di empat sudut?

Jika beringin telah tumbang
dan malam kehilangan kaki

Tiga bendungan merenungi nasib
mitos kematian menyelinap dalam mimpi

Tanggulasri menjemur sejarahnya di luar kepala
kemarilah, maka akan kubisiki

tembang Marinem tak lagi terdengar
semenjak kita sibuk mengaji dangdut

Wajahmu peta yang kusut
adalah hamparan rawa dan hutan Bangeran

siapakah yang membuka pintu?
tempat kita semakin asing dari kita sendiri


Muncar, 2021

ARSIP KALIMORO


ARSIP KALIMORO


Di suatu senja membaca
lumut-lumut sejarah dari sungai menghitam
ditampung muara
pertemuan tak ada pekerjaan
anak pantai gelisah menggali arsip-arsip batu

/ sebuah nama terhapus dari peta dada /

Anak pantai mewarnai gambar dirinya dengan rasi bintang
sebelum suara mesin perahu berseru
berangkat mengaji ke laut
tetapi musim tidak bisa ditebak

/ siapa yang melahirkan nelayan /

rahim muram mencatat kawin - cerai
gang-gang sempit ditumbuhi jemuran putus sekolah
kita duduk minum kopi, sebotol oplosan
membicarakan tentangga yang mencari hutangan

Di suatu senja membaca
apakah kita masih mengenakan kepala
ikan berenang di air mata limbah dari pipa siluman
bersama hantu-hantu plastik

/ ke mana sisa matahari dan rembulan /

jika anak pantai menulis puisi pada ombak
menabuh gelombang pasang
pada mimpi laut yang menatap harapan


(Muncar, 2021) 

23/05/2021

MALAM MEMPERPANJANG MALAM


Malam Memperpanjang Malam

Dari jendela
ku lihat malam memperpanjang malam
menyeduh kopi lalu kau tidur duluan
membaca puisi dan aku menyulut rokok

Kipas angin masih berlari
komputer bernyanyi batuk-batuk
entah apa yang terketik
mungkin nasib atau takdir
yang nyinyir seperti tetangga

cepat, mimpi hanya sementara! 

Tinggalkan buaian-ciuman itu
musuh adalah aku sendiri

Tak perlu berlari
apa bedanya dengan kuda

dari jendela apakah kau bisa menghitung
hutang dan dendam ada di mana? 

Muncar, 230521

21/05/2021

BIROKRAT WC UMUM


BIROKRAT WC UMUM


Birokrat WC umum
seseorang penjaga daftar harga
kencing Rp. 2.000
berak Rp. 3.000
mandi Rp. 5.000

harap antre, harap disiram
nyala air kran meluber
nyala lampu di dalam gayung
basah, plung!

birokrat mau mengepel
lantai bau dan licin
jangan buang softex di lubang wc
tisu basah berceceran

sikat - karbol - puntung rokok
birokrat WC umum 
transaksi google map buta
mayat kelaparan menyumpal selokan



Muncar, 210521

30/04/2021

BAHASA YANG SUNTUK


BAHASA YANG SUNTUK

Bahasa yang suntuk menari-nari. Ingin keluar dari kolong kepalaku. Mengetik peringatan "aku mencintai dan membencimu". Tolong juga pinjami aku kesabaran untuk hari-hari yang genit. Jaringan internet yang sakit-sakitan untuk work from home. Beranda facebook yang memuat puisi-puisi. 

Barangkali cinta adalah orang-orang kota yang lapar. Hujan yang kesepian. Jalan-jalan baru yang berlubang. Laut yang diperkosa nelayan dan limbah. Gunung dan upacara pembunuhan hutan. Dan juga rindu yang tak terawat di pemberitaan media cetak dan online. 

Sambil minum kopi, telur mata sapi melirik ke kanan dan ke kiri. Mengingat-ingat nasib seperti kata Chairil. Kemudian, kesunyian menjelma benci. Menjelma bahasa yang suntuk.

(Muncar, 300421)
Foto @jack_izzet

20/03/2021

PULANG DARI TAMASYA RUANG NYERI


PULANG DARI TAMASYA RUANG NYERI


Kita pulang dari tamasya ruang nyeri
membawa sesuatu yang belum memiliki nama
dan parasetamol setelah beberapa waktu
berdesakan di rongga tubuhmu
mengantarkan argumen dua orang lelaki
sepakat menawarkan butir-butir keniscayaan
aku pikir, kita tak perlu secemas itu
untuk rencana ruang tumbuh
sedangkan sesuatu yang belum memiliki nama
masih menghitung denyut kalender di dadamu
sebagai investasi cairan infus masa depan


(Damtelu, 200321)

07/03/2021

KELAK KITA AKAN MENAMAINYA PUISI

Kelak Kita Akan Menamainya Puisi

Saat ini, mimpi menyeruak
menyeduh malam-malam dingin
Kelak kita akan menamainya puisi
kemenangan juga kekalahan
Matahari dan rembulan menua
dalam segelas suka duka
merawat percintaan demi percintaan
Bersabarlah menjaga nafas itu tumbuh
menjadi puisi kita 
dan aku percaya
semua akan baik-baik saja

(Muncar, 070321)

24/02/2021

SEPERTI PUISI DI SINI SEKARANG


SEPERTI PUISI DI SINI SEKARANG


Ia masih tidur dalam poto itu
seperti puisi di sini sekarang
suatu jawaban dari kecemasan
doa-doa akan menghimpun 
pertemuan dari hari ke hari
bulan ke bulan
tahun ke tahun
dan semua bertambah tua
membiasakan menjadi pohon 
merawat dan menjaga
harapan-harapan
detak nafas yang masih melekat


(Muncar, 240221)
Poto Ahmad Annajmuz Sakib

23/02/2021

KEMBALI INSOMNIA


Kembali Insomnia


Malam, sepasang mataku adalah kolak dalam mangkok
ikan-ikan berenang mendengar kicau burung
dan kokok ayam yang tak mau tidur

Sebuah pot bunga di teras rumah
berserakan ditendang tikus tak tahu diri itu

Esok, apakah tetangga akan menjadi pengantin
dan aku menghitung larik hujan di langit mendung

Tiba-tiba alarm ponsel berbunyi
aku segera berlari mencari kabar baik
dari istriku yang sedang memeluk guling


(Muncar, 230221)
Poto Pinterst

16/02/2021

KAVITA


Kavita

Sebentar lagi waktu akan tiba
juga aroma puisi yang kita seduh
bukan lagi sekadar kata-kata
atau janji manusia kepada manusia

Kita perlu menjaga keyakinan
dari metamorfosa usaha dan doa
bakal tumbuh seekor kupu-kupu

Labirin ini jangan kita hindari
susuri dan letakkan ketakutan

Ketakutan hanya membikin kita berhenti
kerdil lalu mengurung diri ke ruang isolasi

Sebentar lagi waktu akan tiba
kita perlu menjaga keyakinan
dari metamorfosa usaha dan doa
bakal tumbuh seekor kupu-kupu

di dada kita

(Muncar, 160221)
Poto Pinterest

19/01/2021

LIPATAN MIMPI


LIPATAN MIMPI

Sebuah kartu tanda pengenal
menyimpan lipatan mimpi
tentu yang datang
bukan keberuntungan

seorang perempuan paruh baya
tak mau melepaskan doanya

mimpi itu adalah bintang jatuh
pada malam yang selalu kembali ke malam

Doa lain dari perempuan paruh baya
lebih keras menyergap
melebihi batu-batu di dalam mimpi itu

mungkin dengan berterima kasih
adalah cara yang tepat
untuk puisi kehidupan

Meski hari-hari
tenggelam berkali-kali
bukan mimpi itu
melanjutkan kesemogaan esok waktu 

(Muncar, 190121)

13/01/2021

RUMUS GERAK


RUMUS GERAK
: catatan pendek untuk teman-teman

Kita bergerak 
lalu menghitungnya sebagai waktu
untuk menempuh jarak
yang memiliki kecepatan konstan
dan percepatan nol
kita bisa menuju
ke satu rumah
jika kaki-kaki
tangan-tangan
kepala itu tidak keluar
dari linearitas
seperti kesepakatan
yang musti kita sepakati
sebelum fajar itu menyerang
dan menyia-nyiakan hasil

(Muncar, 130121)
Poto Shania Delianty

10/01/2021

TUBUH PENTAS

TUBUH PENTAS


Entah siapa kau
tokoh yang terbalut pinisilin
apa kau kenal
kemiskinan itu menganyam
suara kepala menjadi makan malam
di sebuah pementasan
ada yang sembunyi
menyalakan dada
seperti kereta membawa kegelisahan 
melewati stasiun demi stasiun
ada yang karib
dengan sarapan sepotong roti
dan segelas susu sapi
mengamati derita yang asing
bagi tubuhnya 
tapi adakah yang menitipkan nasib
selain kepada sutradara
monolog masa lampau
hadir sebagai ritual diskusi
menanam pohon-pohon
di tengah belantra


(Damtelu, 100121)
Poto pementasan "Orang Terasing" Karya Ajie Sudharmaji Muksin Oleh Teater Halaman Rumah

CATATAN AGUSTUS 2024

  ilustrasi AI REVIEW KUPULANGKAN KEPERGIAN untuk Nadira Andalibtha   Sekumpulan puisi sedang asyik mengetik dirinya sendiri. Cafe yan...